Saya Oginawa, bapaknya Hooria (8 bulan).
Saat masih menjadi calon ayah, kami belajar agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak nanti. Caranya dengan membaca buku tentang betapa pentingnya ASI; buku soal melahirkan normal dengan nyaman (gentlebirth) dan buku soal food combining. Khusus buku food combining karena kami ingin memberikan asupan yang baik ketika bayi masih di dalam perut.
Soal pemeriksaan kehamilan kami tidak memilih jalur dokter SpoG di rumah sakit saja tapi juga melakukan pemeriksaan di bidan Erie, yang ada di Citayam. Pertimbangan periksa di bidan selain untuk opini kedua setelah dokter tapi berharap dapat juga melahirkan gentlebirth atau waterbirth yang sudah sering dilakukan oleh bidan ini. Kami penasaran bagaimana bisa istri dapat melahirkan dengan rasa nyaman seperti orang-orang lain. Oya, periksa di bidan itu termasuk kelas yoga selama 2 jam.
Ketika usia kehamilan masuk 6 bulan posisi bayi masih lurus dengan kepala di atas (sungsang), bulan ketujuh, kedelapan hingga kesembilan tidak ada perubahan posisi. Perut istri sudah dipijat beberapa kali oleh dua pihak tapi posisi bayi tidak berubah. Awalnya kami yang menginginkan persalinan normal pun pasrah jika persalinannya dilakukan secara Cesar
Memaksakan persalinan normal saat posisi bayi sungsang pada kelahiran anak pertama itu beresiko. Setidaknya sudah ada 2 doker SpoG yang bicara ke kami soal itu. “Bisa saja si anak melahirkan normal walaupun sungsang. Tapi karena ini beresiko kan kasihan anaknya kalau kenapa2,” ujar salah satu dokter. Kami pun pasrah jika persalinan dilakukan Sectio (SC) atau Cesar.
Hi, Saya Fazia, Istri Oginawa dan Ibu baby Hooi.
Melahirkan secara SC tidak membuat saya kecewa karena tidak bisa melahirkan secara normal. Pasti ini sudah tuhan yang mengatur. Namun setelah proses selesai, akibat dari anastesi, saya pun tidak langsung IMD karena masih fly. Untungnya di RS tempat saya melahirkan, bayi selalu in room dengan ibunya. Jadi kapanpun ibu siap, suster akan membantu ibu memberikan ASI pertama pada bayi.
Sehari, dua hari, tiga hari, ASI saya tidak juga keluar. Saya jadi kesal pada diri saya sendiri. Tapi karena dorongan suami dan orangtua agar saya tidak stress dan dengan usaha yang terus menerus, akhirnya ASI pertama saya keluar juga. Legaaaaa rasanya. Alhamdulillah kami tidak sertamerta memberikan sufor pada bayi. Pengalaman memberikan ASI inilah ujian saya sebagai ibu baru. ASI tidak deras, jadi Hooria menangis terus saat disusui langsung dan mungkin dia trauma ASI ibu tidak keluar, jadi tiap disusui langsung bayi menjadi histeris tidak mau nenen :’(
Karena itulah saya perlu usaha ekstra demi terus memberikan ASI. Tiap 2 jam sekali saya harus pumping untuk stock asupan bayi. Pada akhirnya saat stock ASI habis dan bayi masih haus/lapar saya mengalah dengan memberikan sufor juga, namun yasudahlah, bismillah saja semoga ini pun jalan terbaik dan bayi insyaallah tetap sehat.
Kelelahan selama 2 bulan itu akhirnya berakhir pada suatu pagi saat saya melatih Hooi tiap pagi untuk nenen langsung. Tiba-tiba Hooi dengan sendirinya asyik mentil dan glek.. glek.. glek.. aaaahhhh saya histeris! Hooi mau nenen langsuuungggg!! 😀 😀
Tidak ada yang saya sesali dengan proses kami ini. Mulai dari rencana lahiran normal yang gagal, hingga ASI ekslusif yang juga bisa dikatakan gagal. Mungkin karena itu juga, stress saya perlahan hilang dan ASI terus bertambah yah walaupun tetap tidak sederas teman-teman saya. Dan walaupun bekerja, tolong sempatkan untuk pumping tiap 2 atau 3 jam sekali. Karena ini menjaga agar ASI terus berproduksi.
Jangan menyerah, teruslah berprasangka baik pada Maha Pencipta. Sudah 3 bulan Hooi tidak minum sufor lagi. Sekarang dia nempel teruuuus sama Ibu nya. Nen.. nen..nen.. ma.. ma.. maa. Iya Hooria, yuk Nenen!!