Begitu mudahnya kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sadarilah bahwa cara yang orang lain pilih belum tentu membuat kita nyaman.
Menjadi seorang ibu adalah sebuah perjalanan. Perjalanan menumbuhkan naluri ibu, mengembangkan cinta-kasih yang dimiliki ibu, mengungkapkan apa yang dirasakan selama mendapat peran ibu…
Di luar sana, entah di dunia nyata atau dunia media sosial, banyak ditemukan gambaran sempurna seorang ibu.
Ibu yang tetap cantik saat melahirkan normal.
Ibu yang melahirkan alami hanya dengan tertawa lepas tanpa harus menunjukkan ekspresi kesakitan yang luar biasa.
Ibu yang melahirkan penuh dengan tangis bahagia setelah ‘menangkap’ bayinya sendiri.
Ibu yang cara merawat bayinya begitu sempurna.
Ibu yang cara menyusui bayinya terlihat cantik dan sempurna.
Ibu yang semua cara hidupnya bagi kita itu sempurna.
Lalu apa yang membuat kita khawatir ibu?
Sadarilah ibu, ada satu hal yang sering terlupa. Kita sering lupa mengungkapkan rasa cinta pada diri sendiri. Pada tubuh kita sendiri yang sudah dititipkan Tuhan Alam Semesta banyak sekali fungsi dan kegunaannya dalam menumbuhkan generasi gemilang.
Sudahkah mencintai diri ibu hari ini? Sudahkan menyadari ada hal yang harus disyukuri yaitu rahim dan payudara kita yang fungsinya sama namun tampak dari luar tidaklah sama? Termasuk satu bagian yang sering terlupa di mana satu bagian ini adalah asal mula percampuran cinta kedua orangtua, asal mula kita lahir, dan sadarilah bahwa ada kondisi istimewa dimana tidak semua manusia dilahirkan dari jalur yang semestinya dilalui. Sama halnya seperti manusia yang memilih jalan lain untuk bahagia. Semua makhluk berhak bahagia, meskipun jalan yang dilalui tak sesuai rencana.
Perut dan rahim kita yang tadinya membesar lalu kembali mengecil, ada kelahiran seorang bayi, disitu juga ada kelahiran seorang ibu, ayah, kakek, nenek, kakak, adik, paman, bibi, tante, om, opung, dan sebutan sayang lainnya yang kelak akan terucap dari mulut seorang makhluk mungil yang tampak mengagumkan bagi pandangan semua orang.
Wah… Rasanya bahagia sekali sudah diberi pengalaman terindah dari seluruh bagian hidup seorang wanita. Hamil, melahirkan, menyusui, menumbuhkan naluri adalah hal terindah yang saya rasakan sebagai ibu. Saya merasa diri saya terlahir kembali menyadari betapa diri ini berharga dan wajib untuk dicintai.
Birthing the Mother, apa itu maksudnya? Saya menangkap makna dalam dibalik Birthing the Mother. Seorang ibu yang telah bersusah-payah menjalani kehamilan dan berjuang melahirkan buah hati dengan cara yang dipilih masing-masing, ternyata semua ibu telah dilahirkan kembali dengan peran yang baru. Peran itu lahir dan sering dicap oleh sebagian orang sebagai ibu menyusui, ibu dengan 1 anak atau lebih dari satu anak, dan banyak peran yang disematkan pada seorang ibu yang sudah melahirkan.
Lalu mengapa belum merasa bahwa diri ini telah terlahir kembali dalam artian kita telah memberi bukti bahwa semua wanita itu pada dasarnya KUAT. Tidak ada wanita lemah. Seringkali yang membuat wanita ini merasa lemah adalah Ia tidak berada dalam ‘lingkaran’ yang tepat sesuai kondisi terbarunya. Kondisi terbaru ini yang seringkali tak dipedulikan oleh lingkungan sekitar Ibu atau bahkan orang-orang terdekat Ibu.
Lingkaran Ibu yang tepat membuat saya sadar bahwa saya adalah wanita berharga yang telah kuat melalui perjalanan menumbuhkan naluri seorang ibu yang telah saya pilih. Saya menemukan ketidaksempurnaan diri, saya semakin cinta dan menerima ketidaksempurnaan itu. Tak ada jurus terjitu dalam memahami perjalanan seorang ibu. Hanya perlu berada dalam ‘lingkaran’ yang tepat, berbicara kepada ibu lainnya, cerita kita didengarkan oleh ibu lainnya, mendengarkan cerita ibu lainnya, dan merasa disayangi oleh ibu lainnya. Saya benar-benar bahagia. Kebahagiaan yang belum saya temui sebelumnya. Ternyata ini yang saya butuhkan, berada pada ‘lingkaran’ yang tepat, yaitu Lingkaran Ibu.
Thanks Halo Ibu, sudah memfasilitasi sesi Lingkaran Ibu Vol. 10. Birthing the Mother sebagai upaya memberdayakan diri sendiri untuk menerima ‘kelahiran’ yang baru saja tercipta di dalam sebuah lingkaran. Saya merasa terlahir menjadi ibu yang kuat dan tangguh. Saya selalu ingat yang diucapkan Ashtra, “Kamu sudah tahu jawabannya Lita. Kamu hanya butuh didengarkan. Lakukan Self-Love setiap hari. Release and Self-Healing Healing.”. Bagi saya kata-kata Ashtra melegakan sekali. Sesaat saya menjadi kembali utuh. Terima kasih Ashtra, saya juga merasa disayang olehmu, kamu sangat memahami Ibu.
Halo Ibu, apakah sudah Self-Love hari ini?
ps: Email us, if you find handful of people that needs Lingkaran Ibu in your own area, and would love to arrange it, we will be happy to come. haloibu@gmail.com.
Thank you for all our sponsors!