Halo ibu, kemudahan untuk mendapatkan akses informasi di jaman sekarang ini, kadang membuat seorang ibu merasa paling tahu segala hal. Sehingga, ibu begitu mudahnya dengan atau tanpa sadar men-judge ibu lain saat sedang berbincang-bincang.
Contoh dari pengalaman saya sendiri, ketika sedang bercerita tentang anak saya yang pernah susah makan, lawan bicara saya yang juga seorang ibu menanggapinya dengan jawaban “masakanmu kurang enak kali.. atau kamu kurang disiplin atur waktu makan dia dari sejak bayi. Makanya harus teratur waktu makannya”
Contoh lainnya, ketika saya bercerita bahwa (waktu itu) anak saya suka memukul temannya, ibu lain yang usianya lebih tua dari saya menanggapi dengan jawaban “Nah, itu pasti ibunya suka memukul! Nggak mungkin anaknya suka mukul kalau nggak ada contoh. Pasti deh ibunya suka memukul”
Tanpa bertanya terlebih dahulu, tanpa menggali informasi lagi, seorang ibu yang merasa lebih pengalaman dan lebih banyak pengetahuan berkata demikian. Jika sudah kenal dekat dengan lawan bicara, mungkin tidak akan ada perasaan tersinggung walaupun sebaiknya menjaga kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah lebih baik. Apalagi jika jarang bertemu, atau baru kenal dengan lawan bicara, lebih baik hindari untuk menghakimi saat mengobrol. Kenapa?
Tidak enak didengar dan tidak sopan? Sudah barang tentu.
Bisa menyakiti perasaan ibu lain? Kemungkinan besar demikian.
Kehilangan teman? Bisa saja terjadi.
Setiap ibu, tanpa sadar pernah mengeluarkan kata-kata, tatapan dan body language yang menyinggung perasaan ibu lain. Yes. We’re only human. So If we’re ever hurting people’s feelings is a human thing, but at least we can reduce it.
Oh iya, with the humble and sincery heart, tulisan ini murni untuk berbagi tanpa maksud menggurui atau mengajari ibu yang lain. So, mommies how to create unjudgemental conversation versi haloibu? Yuk lanjut baca tulisannya!
Recognize your own self – Know your self: Sebelum berkomunikasi dengan ibu lain, ada baiknya maksimalkan untuk mengenal diri sendiri terlebih dulu. Don’t be too busy to see and judge other people. Find out our strengths and our good. But also do not forget to find out what our shortcomings, suppose that we are no better than anyone else. Get to know your self, with the mirror every day, every morning, before you start the day, before you meet other people. Contohnya : Ibu tahu karakter ibu yang jika bicara selalu apa adanya atau ceplas ceplos, jadi ibu bisa lebih berhati-hati atau menahan diri saat kemukakan pendapat. Karena ‘bicara apa adanya’ bukan berarti berhak untuk menghakimi.
Dengarkan lawan bicara sampai selesai bercerita: Lebih baik tidak memotong pembicaraan ibu lain saat sedang bercerita. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan teman ibu sampai selesai bicara. Dan sepertinya sambil melihat-lihat handphone juga sangat tidak dianjurkan karena bisa membuyarkan fokus, bahkan lawan bicara bisa merasa kurang dihargai.
Cerna cerita ibu lain sebelum memberi komentar: Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan ingin buru-buru memberikan feedback. Akan lebih baik untuk mencerna dengan tarikan nafas atau senyuman. Jika perlu, beri usapan di punggung terlebih dahulu, sambil sejenak berpikir kira-kira harus memberi komentar apa.
Ucapkan kata ‘maaf’ atau ‘permisi’: Etika berbicara memang poin penting. Jangan lupa meminta izin dengan mengucapkan kata maaf atau permisi saat ingin memberikan komentar. Misalnya : “maaf ya bu, aku boleh kasih saran nggak. Tapi sorry sebelumnya kalau mungkin menyinggung perasaan kamu”. Atau apabila ibu sudah terlanjur berkomentar tidak enak dan membuat ekspresi wajah lawan bicara mendadak berubah, lebih baik segera minta maaf dan beritahukan bahwa maksud dari perkataan ibu sebelumnya adalah demi kebaikan si lawan bicara / tidak bermaksud menyinggung.
Posisikan diri untuk berempati : Posisikan diri seakan ibu menjadi si lawan bicara. Jika tidak setuju dengan kata-kata yang diutarakan lawan bicara, jangan jadikan diri sendiri sebagai contohnya. Misalnya: “Emang kerjaan kamu ngapain aja sih? Aku lebih banyak lagi loh kerjaannya! Masa kamu gitu aja udah bilang nggak sanggup. Aku aja bisa.. ” Kadang lawan bicara hanya butuh didengarkan. Bahkan jika butuh masukan atau feedback, bukan feedback seperti itu yang diinginkan. Kehidupan setiap orang berbeda dan kita tidak bisa menyamakannya dengan kehidupan kita.
Saat sedang ngobrol, biasanya proses komunikasi terjadi begitu cepat. Jangan lupa tetap konsentrasi untuk menjaga arah obrolan agar tidak jatuh menjadi judgement pada lawan bicara. Jika sebaliknya ibu yang dijudge oleh lawan bicara dan judgementnya tidak benar, sikap terbaik adalah meluruskan dan menjelaskan dengan intonasi rendah, tarik nafas agar tidak tersulut emosi dan gunakan ekspresi ibu, senyum, dan tertawa, untuk menetralkan suasana. Jika suasana hati ibu saat itu sedang tidak oke, lebih baik akhiri pembicaraan dengan sopan, atau alihkan dengan tema lain yang lebih fun supaya ngobrol-ngobrol nya tetap seru. Ibu punya cara lain untuk create unjudgemental conversation? We’re so happy kalau ibu mau berbagi di kolom komen!
Ps: Our Unjudgemental Support : Lingkaran Ibu.