Diperlukan keberanian untuk bercerita kepada orang lain tentang motherhood journey kita, terlebih lagi kepada orang yang sama sekali belum dikenal. Perasaan malu terlihat “lemah” dan takut ketika orang lain men-judge bahwa apa yang kita lakukan itu “salah”. Tidak mudah bagi Saya untuk membuka bagian “termanusiawi” dalam perjalanan cerita menjadi Ibu, karena ada pahit dan pedih disana dan ada orang-orang yang kita cintai dalam kisahnya.
Pergulatan batin, antara ingin mengatakan apa adanya atau memolesnya agar lebih manis, Saya alami saat pertama kali mengikuti Lingkaran Ibu vol. 1 di bulan Desember 2016. Namun, ketika Saya telah berada di dalam Lingkaran, duduk melingkar bersama Ibu lainnya dan mendengar kisah mereka, sesaat itu juga pergulatan batin Saya pun hilang. Rasa takut itu sirna, rasa malu itu lenyap. Saya khusyuk dalam prosesnya.
Saya kembali menjadi bagian dalam Lingkaran Ibu vol. 4 pada hari Minggu, 23 April 2017 kemarin. Kali ini Saya duduk melingkar bersama 5 orang Ibu lainnya; Ashtra, Melati, Veronica, Nucha dan Nia. Ditemani hembusan udara pagi yang menenangkan kami pun berbagi cerita. Saat mendengar kisah mereka, Saya seperti menemukan oase dalam padang pasir perjalanan menjadi Ibu. Wisdoms and courage flows from their beutiful soul and become a spring for other Ibu including myself.
Melalui Melati Saya memahami bahwa seorang Ibu adalah ‘Kehidupan’. Saat anaknya lahir dengan hipoglikemia, pelukannyalah yang menyelamatkan sang bayi di masa-masa kritisnya. Bahkan sejak dalam kandungan, bonding antara ia dengan sang buah hati sudah terjalin kuat. Melati mampu melalui masa-masa sulit dalam kehamilan berkat kekuatan sang bayi yang ada didalam rahimnya. Ia seperti paham bahwa semua orang telah menantikan kelahirannya di dunia.
Melalui Veronica Saya memahami bahwa seorang Ibu adalah ‘Kekuatan’. Ketegarannya melalui masa-masa sulit sebagai Ibu dan juga tulang punggung keluarga membuka mata hati Saya, bahwa cinta seorang Ibu kepada anak-anaknya mampu menembus batas ruang dan waktu. Sekalipun raga Ibu memiliki keterbatasan namun keajaiban cinta didalam sukmanya mampu melampaui segala hal yang terlihat tidak mungkin.
Melalui Nucha Saya memahami bahwa seorang Ibu adalah ‘Kegigihan’. Menjadi Ibu tidak menghentikan langkahnya untuk terus maju dalam mencapai impiannya sebagai seorang pribadi yang utuh. Kegigihan Nucha untuk berdaya secara intelektual sangat menyentuh batin Saya, bahwa Ya seorang Ibu berhak untuk bahagia dengan pencapaian dirinya secara pribadi. Seorang Ibu akan menjadi tauladan pertama bagi anak-anaknya. Seorang Ibu lah yang memberikan contoh nyata tentang nilai-nilai baik dalam hidup; gigih, pantang menyerah, tidak putus asa dan berkomitmen.
Melalui Nia Saya memahami bahwa seorang Ibu adalah ‘Keberanian’. Untuk bisa memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain dibutuhkan sebuah keberanian. Untuk bisa menemukan kebahagiaan juga diperlukan keberanian. Untuk menapaki jalan yang tidak kita kenali likunya pun mensyaratkan keberanian. Nia adalah potret keberanian dalam kelembutannya sebagai seorang Ibu.
Dan tentunya Ashtra, her presence both as professional doula and friend did work magically for all Ibu in this sacred circle. She guided us to find the silver lining of our cloud. Seringkali kita lupa untuk mencintai diri sendiri, lupa untuk memaafkan diri sendiri, dan lupa bahwa begitu banyak kebaikan yang sebenarnya ada pada diri kita. Ashtra gave us the light and illuminate the path, memandu kami untuk kembali melihat kedalam diri, bahwa kami berharga, bahwa kami memiliki segala kebaikan dari seorang manusia. Hati Saya adem ketika Ashtra bilang bahwa “Kita boleh punya rencana, tetapi jika tidak bisa terwujud ya tidak mengapa? Karena semua sudah diatur oleh semesta, dan jika waktunya sudah tepat, kita akan sampai pada titik tersebut…..Saat ini memang semuanya terasa seperti melambat, namun akan ada waktu dimana kita akan melesat lebih cepat, bahkan lebih cepat dari sebelumnya”. Momen perjumpaan Saya dengan Ashtra melalui Lingkaran Ibu adalah titik balik yang mengubah cara pandang dan perlakuan Saya terhadap diri sendiri, terhadap Suami dan Anak. Saya mulai bisa berdamai dengan diri Saya sendiri dan selalu berfokus pada hal-hal positif terhadap segala sesuatu.
Cinta dan penghormatan Saya untuk kalian. Terimakasih telah mengijinkan Saya mengecap manisnya kearifan dalam kisah motherhood journey kalian dan terimakasih telah membuka hati, mata, telinga kalian bagi kisah Saya.
Lingkaran Ibu vol. 4 : Self-love release ini mengajarkan Saya untuk selalu mencintai dan menghargai diri sendiri, karena untuk memberikan cinta kepada orang lain (anak dan suami) akan mustahil apabila tidak diawali dengan memberikan cinta bagi diri sendiri. Kemudian Saya juga belajar untuk memaafkan diri sendiri agar dapat melanjutkan perjalanan sebagai Ibu dengan penuh kebahagiaan. Tidak mengapa jika ada tangis dalam prosesnya, karena yakinlah kekuatan akan muncul setelahnya. Bagaikan pelangi, kemunculannya selalu diawali dengan hujan yang mendahului.
Setiap Ibu berhak untuk bahagia dan diberikan ruang untuk berbagi. Berhak utuk didengarkan dan mendengarkan, serta memberi dan menerima. Setiap Ibu adalah sahabat bagi Ibu lainnya dan hanya sesama Ibu lah yang mampu memahami the highs and the lows dalam perjalanan menjadi Ibu. Oleh karena itu, Saya mengajak semua Ibu untuk menjadi bagian dalam Lingkaran Ibu selanjutnya. Beri kesempatan bagi diri kita untuk merasakan cinta dalam Lingkaran Ibu. Dukung agar Lingkaran ini semakin besar dan mampu merangkul semua Ibu yang ada di Indonesia untuk berada di dalamnya. Wujudkan cintamu melalui donasi untuk memastikan movement ini tetap berlanjut. Bagi Saya, Lingkaran Ibu telah memberikan manfaat yang begitu besar bahkan lebih besar dari apa yang Saya donasikan.
Ibu, You are beatiful, you are powerful, you are enough.
ps: Email us, if you find handful of people that needs Lingkaran Ibu in your own area, and would love to arrange it, we will be happy to come. haloibu@gmail.com.