Banyak orang menganggap keberadaan soulmate atau belahan jiwa untuk kita sudah ditakdirkan Tuhan. Namun, tidak sedikit juga meyakini bahwa soulmate ada karena kita yang sudah memilihnya.
Baik karena takdir atau pilihan, sebetulnya hal yang paling bikin penasaran saat membahas soulmate adalah ‘prosesnya’. Bagaimana proses kehadiran soulmate hingga akhirnya dia menjadi bagian dari hidup kita. Kok bisa, ya dia yang jadi soulmate? Pernah kepikiran begitu enggak sih, bu?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tentu kita perlu melihatnya dari perspektif sains.
Menurut Amir Levine yang merupakan seorang Psikiater, pada dasarnya manusia sama seperti hewan dalam menentukan pasangan hidup. Hewan hanya tertarik memilih pasangan dan kawin dengan hewan sejenisnya. Hal ini dilatarbelakangi karena hewan sejenis memiliki struktur saraf yang sama.
Nah, apa yang dialami oleh hewan saat memilih pasangan juga dialami manusia. Manusia hanya tertarik dengan manusia lainnya yang ‘sejenis’ atau memiliki kesamaan dengan dirinya.
Dibandingkan dengan mamalia lainnya, kita memang sejenis. Namun, sebetulnya di antara manusia itu unik. Manusia dilahirkan dengan struktur otak dan wajah yang berbeda. Jadi, ketika manusia telah memilih soulmate, sebetulnya Ia memiliki kesamaan dengan soulmate-nya.
Penampilan dan Aroma Tubuh jadi Daya Tarik Utama
Bu, coba ingat-ingat lagi apa yang pertama kali membuatmu tertarik sama dia?
Kalau masih tidak mengingatnya, yuk kita lihat lagi dari perspektif sains.
Dalam artikelnya, Amir Levine menjelaskan bahwa faktor utama yang membuat kita tertarik dengan soulmate kita saat ini adalah penampilan dan aroma tubuhnya. Hal ini mirip seperti tikus yang pada dasarnya memiliki kesamaan saraf dengan manusia.
Tikus cenderung memilih pasangan berdasarkan baunya, begitu pun dengan manusia. Selain dari ‘bau’, manusia juga mempertimbangkan penampilan karena sistem visual pada saraf manusia lebih berkembang.
Apa yang disampaikan Levine dalam artikelnya juga didukung oleh hasil studi. Sebuah studi menemukan bahwa pasangan soulmate memiliki bau badan yang mirip.
Studi ini dilakukan terhadap 20 pasangan soulmate. Mereka diminta menggunakan kaos selama berhari-hari, lalu peneliti mengamati bau badan mereka. Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan alat pendeteksi bau elektronik.
Kita Bisa Memiliki Lebih dari Satu Pasangan
Meski sudah memiliki pasangan hidup, tetapi kemungkinan untuk bisa tertarik dengan orang lain tetap ada. Hanya saja, saat sudah memiliki soulmate, otak kita akan selalu mengingatnya sehingga sulit untuk menerima orang lain.
Butuh waktu untuk melupakan soulmate karena segala hal tentang dirinya sudah terukir dan membentuk sel di otak kita. Itulah mengapa saat putus cinta atau kehilangan pasangan yang telah meninggal seolah-olah kita merasa tidak bisa lagi menemukan penggantinya.
Ketika kita sudah bisa menerima kepergiannya, perlahan struktur sel di otak akan beradaptasi lagi dengan kehadiran soulmate baru.
Kalau menurutmu, apa yang bikin seseorang jadi soulmate kita?
Referensi:
https://www.washingtonpost.com/wellness/2022/09/16/soul-mates-real-science-research/