CONTACT US
Lets share some love updates
Mom Inner Journey
Mom Inner Journey

Naluri Keibuan Hanya Mitos, Benarkah?

Share:

Bu, apa yang kamu bayangkan saat mendengar naluri keibuan? Yang namanya naluri itu pasti berkaitan dengan pemikiran alamiah yang mendorong kita untuk melakukan suatu hal. Lalu, bagaimana dengan naluri keibuan?

Sebelum menjawab apakah naluri keibuan hanya mitos atau kenyataan, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu mengapa hal ini menjadi kontroversial. 

Naluri keibuan diasumsikan sebagai pengetahuan alamiah mengenai cara mengurus bayi, menyusui, dan melakukan berbagai hal yang perlu dilakukannya setelah melahirkan. Di mana pengetahuan ini diperoleh perempuan karena kodratnya.

Sementara itu, pada kenyataannya banyak perempuan yang merasa kewalahan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah melahirkan. Kalau perempuan memang dibekali naluri keibuan, bukankah seharusnya mengurus bayi tidak menjadi hal yang sulit?

Pertentangan inilah yang membuat banyak orang meyakini bahwa naluri keibuan hanyalah mitos. Gagasan ini dianggap tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. 

Naluri keibuan hanya melihat bahwa pengetahuan tentang merawat dan mengasuh anak muncul secara otomatis setelah melahirkan. Padahal, seorang ibu melakukannya karena Ia berproses, Ia belajar, Ia mencari informasi sebanyak-banyaknya. 

Apakah Naluri Keibuan Itu Ada?

Meski gagasan naluri keibuan bertentangan dengan yang dialami ibu sesungguhnya, tetapi bukan berarti naluri keibuan hanya sekadar mitos. Menurut Profesor Psikologi dari Columbia, Catherine Monk, naluri keibuan memang ada, tapi  banyak juga mitosnya. 

“Naluri keibuan sebagian besar adalah mitos,” ungkapnya seperti dikutip Healthline.

Naluri keibuan tidak muncul secara instan dan tidak hanya dimiliki perempuan saja. Ayah juga memiliki naluri keibuan. Selama masa transisi menjadi orang tua, Ayah juga merasakan perasaan ingin melindungi, menyayangi, dan mengasuh anak.

Kita bisa menyimpulkan bahwa naluri keibuan bukanlah bawaan dan tidak muncul otomatis setelah perempuan memiliki anak. Butuh waktu dan proses untuk memunculkannya.

Naluri keibuan juga tidak melulu soal mengurus bayi. Saat kamu tahu anakmu menangis karena lapar, itulah naluri keibuan. Saat kamu bisa berinteraksi walaupun anakmu belum bisa bicara, itu juga naluri keibuan.

Adapun, mitos mengenai naluri keibuan yaitu ketika perempuan dianggap mampu menjalani peran sebagai ibu tanpa belajar dan tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Dari mitos ini, banyak orang berani menghakimi seorang ibu yang kesulitan mengurus bayinya. 

Padahal, kemampuan menyusui, mengganti popok, dan mengasuh anak tidak didapatkan perempuan tidak muncul begitu saja saat perempuan melahirkan. Kemampuan ini muncul dari berbagai aspek, mulai dari belajar dan mengikuti kelas parenting hingga mencari informasi sebanyak-banyaknya.

Buat kamu yang sedang kesulitan menyusui, kelelahan dan merasa tidak sanggup merawat si kecil bukan berarti kamu tidak memiliki naluri keibuan. Kamu hanya butuh waktu untuk berproses. Kamu juga sangat layak menjadi ibu.

Referensi:

Dwi Reka

Energetic person and women issue observer, a writer

Related
Tags:
No Comment
Leave a comment!
Your Name*
Your Email*
Your Website
Your Comment
@haloibuid