Tegas atau asertif bukan berarti agresif. Tegas adalah kemampuan untuk membela dan mengekspresikan diri. Namun, tetap menghormati orang lain. Seorang anak yang asertif mengekspresikan dirinya secara langsung, tetapi sama sekali tidak menyinggung.
Anak-anak yang asertif memahami bahwa mereka perlu menghargai perasaan orang-orang di sekitar mereka. Sementara itu, agresif adalah perilaku tidak menyenangkan dan sama sekali bukan tujuan anak Anda.
Anak yang tegas berani mengekspresikan perasaannya. Saat tidak suka dengan suatu hal, Ia akan mengatakannya. Saat sedih, Ia juga tidak takut menunjukkan kesedihannya. Beberapa manfaat memiliki sikap tegas:
- Berani mengutarakan pendapat
- Tahu cara meminta yang diinginkan dengan sopan
- Berani membela diri saat terancam atau di-bully
Sebagian anak sudah memiliki karakter pemberani dan tegas. Namun, tak sedikit juga anak yang ragu saat mengutarakan pendapat. Mereka takut pendapatnya disalahkan sehingga lebih memilih diam. Jangan khawatir, ada 5 cara untuk mengajarkan ketegasan pada anak yaitu:
1. Biarkan Anak Melakukan Apa yang Ia Suka
Dukung anak untuk melakukan kegiatan yang Ia sukai. Saat anak sudah terbiasa melakukan suatu hal, Ia akan menjadi mahir dan kepercayaan dirinya pun meningkat. Rasa percaya diri sangat penting dalam menumbuhkan perilaku tegas.
Anak yang percaya diri tidak akan takut bersuara, apalagi berbicara topik mengenai hal yang Ia suka. Poin plus jika anakmu senang melakukan hobinya bersama teman-temannya.
Misalnya, menggambar atau mewarnai di taman dengan teman sebayanya. Secara tidak langsung, Ia belajar bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan berdiskusi.
2. Biarkan Ia Membuat Pilihan, Lalu Hargai
Sebagai orang tua, terkadang kita lupa memberi kesempatan anak untuk memilih. Mulai memilih baju yang ingin dipakainya hingga memilih tempat liburan. Meski usianya belum seberapa, tetapi anak juga sudah memiliki preferensinya sendiri loh, bu.
Sebetulnya, Ia sudah bisa menentukan mana yang disukainya dan mana yang tidak. Hanya saja, mungkin Ia masih kesulitan mengutarakan argumentasinya. Saat anakmu lebih memilih pergi ke tempat berenang daripada berlibur ke wisata alam, coba tanyakan apa alasannya.
Beri kesempatan untuk menjelaskan mengapa Ia senang berenang. Jika kamu tidak setuju dengan pendapatnya, jangan langsung membantahnya ya, bu. Sebab, membantah bisa membuatnya takut dan tidak ingin lagi berpendapat.
Kamu bisa membicarakannya baik-baik sehingga Ia tidak merasa tertekan. Jika kamu terbiasa mendengarkan pendapatnya, maka anak tidak akan malu lagi saat berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, Ia bisa melawan ketika ada orang yang mengejeknya.
3. Biasakan Anak Berinteraksi dengan Sekelompok Orang
Saat si kecil sedang berada di tengah-tengah sekelompok orang dewasa atau anak seumurannya, pancing Ia agar berinteraksi.
Misalnya, meminta anak untuk mengatakan ‘Hai’ atau memperkenalkan dirinya. Ketika ada yang menyapa si kecil, minta Ia untuk menjawabnya.
4. Latih Anak untuk Jadi Pendengar yang Baik
Menumbuhkan kepercayaan diri, dan keberanian untuk mengutarakan pendapat saja tidak cukup. Ia juga harus jadi pendengar yang baik agar bisa menghargai pendapat orang lain. Dengan begitu, Ia tahu kapan waktunya untuk menyampaikan pendapat dan kapan untuk mendengarkan.
Lalu, bagaimana cara mengajarkannya? Simpel saja kok, bu. Kamu hanya perlu memberi tahunya bahwa ketika orang lain sedang bicara tidak boleh dipotong. Ia harus mendengarkannya sampai orang lain selesai bicara, barulah Ia boleh menyampaikan pendapatnya.
5. Peragakan Contoh Menjadi orang Yang Tegas
Untuk meningkatkan pemahaman si kecil tentang perilaku asertif, khususnya di luar rumah, kamu bisa memeragakan contohnya. Ajak Ia bermain sandiwara di mana kamu berperan sebagai sosok pengganggu.
Dengan cara ini, Ia akan belajar bagaimana cara membela dirinya dengan tegas. Ia juga akan terbiasa mengekspresikan pendapatnya meski dalam keadaan terpojok. Jadi, Ia tidak akan merasa canggung atau ragu berbicara saat kondisi yang tidak nyaman benar-benar terjadi.
Referensi: