Tidak semua orang dapat merespon trauma dengan baik. Sebagian orang menganggap trauma hanyalah reaksi sesaat atas pengalaman di masa lalu, di mana nantinya ingatan tersebut akan menghilang dengan sendirinya.
Namun. tidak sedikit juga yang merasa tidak nyaman saat mengalami trauma. Terlebih, saat ingatan buruk di masa lalu menimbulkan cemas berkepanjangan. Memangnya, apa sih penyebab trauma?
Mengutip Healthline, trauma pada umumnya disebabkan oleh peristiwa buruk yang berdampak pada mental seseorang dalam jangka panjang. Selain itu, trauma juga bisa disebabkan karena adanya kekerasan fisik.
Ketika penderita trauma melihat, mendengar, atau merasakan hal yang mengingatkannya dengan masa lalunya, Ia bisa kembali merasakan dampak buruknya.
Bentuk Respon Trauma
Tidak semua orang mengalami respon trauma yang sama. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengenali bagaimana bentuk respon yang muncul saat mengalami trauma. Dengan begitu, kita lebih memahami apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi trauma.
Berikut 4 bentuk respon trauma:
1. Fight Response
Respons ini muncul dari alam bawah sadar yang meminta dirimu untuk melawan trauma. Adapun, insting untuk melawan biasanya mengarah pada sikap ingin diperhatikan, meminta pertolongan, dan mencari kasih sayang.
2. Flight Response
Flight response ditandai dengan keinginan untuk melarikan diri dan menyangkal perasaan sedih. Respon ini bisa membawa dampak positif dan negatif.
Jika kamu lebih senang melarikan diri dengan melakukan hal-hal positif seperti bermain dan tidur artinya trauma yang kamu alami tidak berdampak buruk. Namun, flight respon juga tak jarang membawa dampak negatif saat penderitanya lebih senang melarikan diri dengan mengonsumsi alkohol dan obat-obatan.
3. Freeze Response
Respons ini sangat mungkin dialami seseorang sebelum memutuskan untuk melawan atau mencari pelarian saat mengalami trauma. Freeze respons juga menjadi taktik otak untuk mengulur waktu dan berpikir dengan cermat sebelum mengambil keputusan.
4. Fawn Response
Pada dasarnya, fawn response mirip seperti fight response yang berupaya untuk melawan trauma. Namun, dengan cara yang berbeda. Perlawanan yang dilakukan dalam response ini yaitu berusaha menetralkan hal-hal pemicu trauma.
Saat seseorang trauma dimarahi dan dibentak orang lain, Ia akan berusaha membuat orang yang memarahinya itu bahagia. Dengan begitu, Ia tidak akan lagi dimarahi dan trauma yang dialaminya pun berakhir.
Atasi Trauma dengan Self Care
Meski trauma membuat kita tidak nyaman, tetapi self care dapat meredakan dampaknya, loh! Inilah beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
1. Jika Ingin Menangis dan Marah, Lakukan Saja
Saat trauma memicu emosi atau kesedihan, lepaskan saja perasaan itu. Merasakan trauma itu normal, kok bu, dan kamu perlu mengekspresikannya agar membuat perasaanmu lebih baik.
Asalkan, jangan mengalihkannya dengan mengonsumsi alkohol, obat-obatan, dan tindakan yang merugikan dirimu serta orang lain.
2. Istirahatlah Jika Trauma Menguras Energimu
Bagi sebagian orang, trauma sangat menyiksa karena menimbulkan emosi, kecemasan, dan ingatan masa lalu. Hal ini tentu cukup menguras energi.
Jadi, wajar jika kamu merasa lemas saat mengalami trauma. Beristirahatlah sampai dirimu tenang.
3. Ucapkan Afirmasi Positif
Ada kalanya trauma membuat kita terus memikirkan hal-hal buruk. Saat kamu mulai merasa cemas, coba ucapkan afirmasi positif pada diri sendiri. Contohnya:
“Aku menyayangi diriku”
“Aku sanggup memperbaiki kesalahan itu”
“Aku layak”
4. Curhat dengan Orang Terdekat
Bicaralah dengan orang-orang terdekat saat kamu gelisah dan merasakan efek trauma. Tidak apa-apa kalau kamu sudah sering curhat ke sahabat, pasangan, atau saudara tentang hal ini. Karena dengan bercerita, kamu bisa melepaskan energi negatif dari trauma.
5. Pergi ke Tempat Favorit
Kalau kamu merasa kurang nyaman curhat ke orang lain mengenai trauma, kamu bisa menghibur diri dengan pergi ke tempat favorit. Pergi buat kulineran, belanja ke mall, atau nonton di bioskop untuk sekadar menghabiskan waktu. Saat kondisi diri sudah lebih tenang, kamu bisa menuliskan perasaanmu di jurnal atau diary pribadimu.
Referensi: