“Kamu enggak usah denial, deh!”
Bu, pasti enggak sih kamu mendapat ucapan seperti itu? Biasanya, orang-orang akan menyebut kita denial saat kita menolak atau merasa sulit menerima sesuatu. Entah itu suatu kabar, peristiwa, situasi baru, dan hal lainnya yang ada kaitannya dengan diri kita.
Istilah denial pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli psikologi, Sigmund Freud. Denial adalah penyangkalan yang dilakukan seseorang karena sulit menerima suatu kenyataan yang menyakitkan dan bisa membuat depresi.
Denial juga dikenal sebagai metode pertahanan diri. Karena kenyataan tersebut bisa membuat kita depresi, maka diri kita melawannya dengan cara denial. Untuk beberapa saat, denial memang bisa mencegah kita dari depresi karena tidak terus-menerus memikirkan kenyataan pahit itu.
Namun, jika terlalu lama denial justru akan menimbulkan dampak buruk. Mengutip dari Very Well Mind, denial jangka panjang akan membuat kita menyepelekan suatu masalah hingga berakibat fatal. Sebab, kita menganggap suatu hal tidaklah benar.
Saat kamu dinyatakan terkena penyakit akut, padahal merasa baik-baik saja, kamu boleh denial. Ketika kamu terus-menerus denial dan menganggap diagnosa penyakit tersebut tidaklah benar, mungkin kamu tidak akan mau menjalani pengobatan. Hal ini tentu berakibat fatal karena kondisi kesehatanmu akan semakin memburuk.
Waktu yang Tepat Menyudahi Denial
Denial hanya akan mencegah kita dari depresi dalam waktu singkat. Saat dihadapkan dengan kenyataan pahit, mungkin kamu hanya butuh waktu untuk beradaptasi atau tidak ingin memikirkannya untuk sementara waktu. It’s okay, take your time, bu.
Saat kamu sudah merasa tenang dan dalam kondisi mood yang bagus, cobalah pikirkan lagi tentang kenyataan pahit itu. Bagaimana pun juga, kamu harus bisa menerimanya. Perlahan, coba pikirkan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.
Meski awalnya denial dan tidak terima dengan hasil diagnosis penyakitmu, pada akhirnya kamu harus menerimanya. Kamu perlu menjalani pengobatan demi kesehatanmu di masa depan.
Jadi, denial bukan berarti tidak akan menerima kenyataan selamanya. Dirimu hanya butuh waktu untuk menerimanya. Mungkin kamu merasa plin-plan saat mulai mengakui kenyataan pahit itu. Enggak apa-apa, hal ini wajar kok, bu.
Denial hanyalah masalah waktu. Its okay untuk berubah pikiran. Saat sudah bisa menerima kenyataan, artinya kamu sudah jujur dengan perasaanmu dan bedamai dengan kondisi.
Jika kamu merasa cemas, bingung, dan kewalahan menghadapi fase denial, cobalah bercerita dengan orang terdekat. Jangan pendam semuanya sendirian ya, bu
Referensi: