Saat mengetahui anak jadi korban bullying pasti campur aduk rasanya. Apalagi, jika bullying membawa dampak sangat besar yang membahayakannya. Misalnya, kasus bullying yang dialami seorang anak SD di Tasikmalaya hingga depresi dan meninggal dunia.
Anak berusia 11 tahun itu dipaksa temannya menyetubuhi seekor kucing sambil direkam menggunakan ponsel. Di mana videonya tersebar ke media sosial. Setelah mengalami bullying, Ia sempat megalami depresi dan sakit keras hingga akhirnya meninggal dunia.
Apa Sebenarnya Bullying?
Tidak semua orang tahu apa itu bullying dan bahayanya bagi korban. Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan pelaku dengan cara menekan korban. Tekanan itu bisa berupa ejekan, perintah untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan korban, hingga pelecehan seksual.
Para pelaku bullying merasa memiliki power sehingga mereka berani untuk berbuat apapun terhadap korban. Power yang dimiliki pelaku bisa berupa kekuatan fisik, mengetahui informasi yang memalukan korban, memiliki popularitas, dan berkelompok.
Penelitian yang dilakukan Universitas Negeri Yogyakarta menunjukkan bahwa fenomena bullying di sekolah perlu ditangani secara komprehensif. Sebab, kasus bullying di sekolah sudah terjadi sejak lama.
Bullying juga membawa dampak buruk bagi korban, yaitu:
- Mengalami gangguan kesehatan mental
- Keinginan untuk bunuh diri
- Merasa tidak berharga sehingga berpengaruh pada perkembangan anak
- Sulit memahami jati diri dan berpotensi mengalami kecemasan di masa depan
- Menarik diri dari kehidupan sosial karena takut kasus bullying yang pernah dialaminya terulang lagi.
Bullying Berbeda dengan Bercanda
Terkadang, orang-orang menganggap bullying sebagai bercanda. Hal ini dikarenakan keduanya sama-sama bersifat iseng dan hanya ingin mengerjai korban. Namun, sebetulnya ada perbedaan yang sangat jelas antara bullying dan bercanda.
Bercanda adalah salah satu cara interaksi yang bertujuan untuk membangun keakraban. Bercanda juga tidak menimbulkan perasaan tidak nyaman dan ketakutan. Justru, saat bercanda anak-anak bisa saling tertawa.
Sementara itu, bullying ditujukan pelaku untuk mempermalukan korban. Selain malu, anak yang dibully juga bisa merasa ketakutan dan merasa dirinya tidak berharga. Bullying juga bisa berawal dari candaan. Yaitu, saat anak merasa tersakiti dan tidak senang dengan candaan temannya.
Jenis-jenis Bullying
Ada beberapa jenis bullying yang perlu kita waspadai. Beberapa di antaranya sering terjadi di lingkungan pergaulan anak, yaitu:
- Bullying fisik: intimidasi yang dilakukan pelaku secara fisik seperti memukul, mendorong, dan menampar.
- Bullying verbal: pelaku biasanya terus memanggil korban dengan sebutan yang hina dan merendahkan.
- Cyberbullying: perundungan yang terjadi di media online dengan tujuan untuk mempermalukan dan melecehkan korban. Contohnya: menyebarkan konten pribadi korban yang memalukan
- Sexual bullying: perundungan yang menargetkan korban secara seksual seperti menyentuh tubuh tanpa persetujuan, menyebarkan konten pornografi, dan memanggil korban dengan sebutan vulgar.
Apa yang Harus Ibu Lakukan?
Sebagai orang tua, kita harus menolongnya untuk meminimalisir dampak bullying. Setidaknya ada lima hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Dampingi ia, Sepenuh Hati
Bullying dapat mengganggu mental anak hingga menimbulkan trauma. Maka, kita perlu menghiburnya dan meyakinkannya bahwa Ia tidak sendirian. Ajak ia quality time untuk memperkuat bonding, Ibu bisa dampingi, dengarkan dan validasi perasaannya.
2. Bicara dari Hati ke Hati
Jika Ia sudah merasa nyaman dan tidak lagi murung, ajak Ia bicara untuk menceritakan perasaannya. Katakan kepadanya bahwa dibully bukan berarti lemah. Saat anak mulai terbuka dengan kasus bully yang dialaminya, gali informasi untuk mengetahui kronologinya dan siapa saja yang terlibat.
3. Beri Tahu Pihak Sekolah
Jika bullying terjadi di sekolah, tentu kita perlu membicarakannya dengan guru. Pihak sekolah perlu mengetahuinya dan membantu menyelesaikan masalah dengan para pelaku. Meski begitu, ibu harus tetap tenang saat membicarakannya dengan guru.
4. Yakinkan Bahwa Kamu Selalu Mendukungnya
Dalam setiap masalah yang dihadapinya, anak selalu membutuhkan dukungan dari orang tuanya. Katakan bahwa tidak apa-apa merasakan takut saat bertemu pelaku bully, ibu akan terus mendampinginya kapanpun ia butuhkan.
Ibu bisa ingatkan juga, bahwa kalau tidak merasa takut dulu, rasa berani tidak akan muncul, apresiasi usahanya untuk kembali bangkit dari rasa takut yang dialaminya.
5. Pantau Terus Kondisinya
Ibu bisa observasi kondisi anak, sambil rutin menanyakan perasaannya, refleksi bersama. Jangan ragu meminta bantuan psikolog jika anak terlihat mengalami trauma.
Referensi:
- https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-bullying-dan-jenis-jenisnya-yang-harus-diwaspadai
- https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/28/183055371/dosen-uny-ini-dampak-bullying-bagi-korban-dan-pelaku-berikut-pencegahannya?page=all
- https://www.halodoc.com/artikel/anak-gagap-jadi-korban-bully-ini-yang-harus-dilakukan