Polusi udara di Jakarta kembali menjadi sorotan. Pasalnya, ibu kota sempat tercatat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia menurut data Air Quality Indeks (AQI). Apa penyebabnya? Setidaknya ada tiga sumber polutan terbesar yaitu, asap kendaraan, emisi gas dari industri, dan sampah.
Meski bukan persoalan baru, tetapi polusi udara di Ibu Kota masih belum terselesaikan. Pada 2019 lalu, Jakarta juga beberapa kali menyandang predikat sebagai kota paling berpolusi. Di tahun yang sama juga sejumlah warga, advokat hingga aktivis lingkungan membawa masalah ini ke meja hijau.
Mereka menggugat sejumlah pejabat seperti Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Presiden, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur Jawa Barat, dan Gubernur Banten.
Pemerintah Dinilai Bersalah
Tahun 2021, gugatan itu dikabulkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hakim menyatakan sejumlah pejabat tersebut telah melakukan perbuatan melawan hukum. Namun, tidak semua pejabat langsung mengakui kesalahannya.
Presiden Jokowi bersama tiga menterinya melayangkan banding. Sedangkan Gubernur DKI, Anies Baswedan mengaku siap terima putusan pengadilan, “demi udara Jakarta yang lebih baik,” tulisnya dalam akun Instagramnya.
Bagaimana pun juga, polusi udara adalah masalah besar yang merugikan penduduk dan orang-orang yang kesehariannya beraktivitas di Jakarta. Pemerintah pusat dan Pemprov tentu bertanggung jawab atas masalah ini. Mereka mestinya bisa membuat kebijakan yang berfokus pada kualitas udara di Jakarta.
Tegas menindak para pengusaha yang industrinya mencemari lingkungan dan menata transportasi publik supaya warga nyaman menggunakannya. Jika warga diminta beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, benahi dulu fasilitasnya dan siapkan jumlah armada yang sanggup menampung seluruh penumpang.
Jangan ada lagi pelecehan terhadap perempuan. Jumlah armada dan kapasitas angkutnya juga harus diperbanyak supaya tidak lagi menyulitkan ibu hamil untuk bergerak di kendaraan umum.
Polusi Udara Membahayakan Ibu Hamil dan Anak
Polusi udara dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama pada organ paru-paru yang menghirupnya. Namun, fakta dari National Institute of Environmental Health Sciences menunjukkan bahwa polusi udara lebih berisiko pada ibu hamil dan anak-anak.
Berikut beberapa risiko penyakit yang muncul akibat polusi udara:
1. Gangguan Pernapasan
Saluran pernapasan yang ada di tubuh kita tidak bisa menyaring langsung udara bersih dan kotor. Ketika udara sudah terkontaminasi dengan polusi, otomatis akan masuk ke dalam paru-paru dan bisa merusak jaringan di dalamnya.
Pada anak penderita asma, paparan nitrogen dioksida bisa meningkatkan gejala bronkitis pada anak. Nitrogen dioksida merupakan salah satu polutan yang sering ditemukan pada udara yang sudah tercemar.
2. Penyakit Kardiovaskular
Zat polutan particulate matter yang terhirup dapat terbawa ke pembuluh darah hingga memungkinkan munculnya plak. Ketika partikel berbahaya dalam polusi terus terhirup, ada rangsangan perubahan sel dalam saluran pernapasan, diserap ke pembuluh darah, dan menyebar ke berbagai organ tubuh
Jika dibiarkan dan terus menghirup zat polutan ini bisa risiko penyakit jantung, seperti penyakit arteri koroner.
3. Masalah Pada Janin
Polusi udara juga membahayakan janin pada ibu hamil. Ibu hamil yang terpapar particulate matter lebih berisiko melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah, autisme, serta meningkatkan risiko masalah kognitif dan emosional pada anak tersebut saat remaja
Melindungi Paru-Paru Dari Kepungan Polutan
Menghentikan polusi udara Jakarta dan membuatnya kembali menjadi udara yang sehat dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Namun, kita bisa melakukan beberapa hal untuk melindungi paru-paru agar tetap sehat. Berikut tipsnya:
1. Gunakan Masker N95 Saat Keluar
Mengutip Tempo.co, masker N95 efektif menangkal partikel PM 2.5 yang terdapat pada polusi udara. Sebab, masker ini dilengkapi lapisan penyaring khusus dan perlindungannya optimal.
2. Jangan Berada di Luar Ruangan Terlalu Lama
Meski sudah menggunakan masker, sebaiknya jangan berada di luar ruangan terlalu lama. Segera kembali ke kantor atau rumah ketika kepentinganmu di luar sudah selesai.
3. Menutup Jendela
Saat kualitas udara memburuk, tutup seluruh jendela rumah untuk melindungimu dan keluarga dari polusi. Gunakan juga penyaring udara agar sirkulasi udara di dalam ruangan tetap terjaga
4. Hindari Membersihkan Rumah Dengan Penyedot Debu
Selama kualitas udara belum stabil, sebaiknya jangan membersihkan rumah dengan cara yang bisa membuat debu beterbangan. Daripada membersihkan dengan penyedot debu atau kemoceng, sebaiknya mengepel basah atau mengelap peralatan rumah yang kotor.
Perlindungan dari dalam tubuh sangat penting supaya paru-paru kita lebih sehat. Kurangi makan makanan instan dan mengandung pengawet. Lalu, biasakan selalu mengonsumsi makanan bernutrisi seperti sayur, buah, dan protein.
Referensi: