Kesempatan bekerja untuk perempuan terbuka lebar dan perempuan bisa memilih untuk menekuni profesi apapun. Sayangnya, perempuan yang bekerja keras masih dipandang sebelah mata. Bu, kamu pernah gak sih diremehkan ketika bekerja keras untuk suatu hal?
Meskipun saat ini ada banyak peluang untuk berkarir di dunia kerja, perempuan masih belum bisa terlepas dari stigma yang melabeli dirinya sebagai pekerja domestik. Akibatnya, perempuan dinilai tidak dapat berkontribusi dan menjalankan peran di luar rumah.
Tahun 2020 lalu, Indonesia Business Coalition For Women Empowerment (IBCWE) mengadakan survei yang melibatkan 446 responden laki-laki dan perempuan. Survei ini menunjukkan bahwa perempuan bertanggung jawab atas peran domestik. Kalaupun berkarir, perempuan tetap harus bisa mengurus domestik. Sebanyak 46% (143 orang) responden perempuan mengakui bahwa domestik adalah tanggung jawabnya mereka dan 41% (54 orang) responden laki-laki juga membebankan tugas domestik kepada pasangannya.
Tuntutan pekerjaan domestik pada akhirnya membebankan perempuan untuk menjalankan peran ganda, sebagai ibu rumah tangga dan pekerja. Bagi perempuan yang tidak menikah, kerja keras mereka diremehkan karena masyarakat –yang masih menganut budaya patriarki- hanya melihatnya sebagai manusia pekerja domestik.
Diskriminasi Lingkungan Kerja
Tidak mudah bagi perempuan untuk memperjuangkan karirnya di lingkungan kerja. Selain ditekan dengan peran domestik, perempuan juga dianggap sebagai makhluk perasa dan tidak bisa mengambil keputusan yang rasional. Stigma ini menyulitkan perempuan untuk menempati posisi strategis dan peluang untuk menjadi pemimpin sangat kecil.
Fenomena ini bisa kita lihat dari hasil studi Universitas New York dan Universitas Illionis yang menemukan bahwa orang-orang menganggap kecerdasan intelektual perempuan lebih rendah dari laki-laki. Sebagian besar responden mengaku tidak akan menunjuk pekerja perempuan untuk posisi yang membutuhkan kecerdasan tinggi.
Meskipun lebih mudah menunjukkan emosinya, bukan berarti perempuan tidak bisa berpikir logis. Penelitian dari Universitas Basel di Switzerland membuktikan bahwa sikap perempuan yang terlihat lebih emosional bukan berarti perempuan selalu menggunakan hati ketimbang pemikirannya. Rasa empati dan emosional tersebut justru muncul dari struktur otak perempuan yang berbeda dengan laki-laki.
Penelitian tersebut dengan jelas menyimpulkan bahwa bukan hati yang membuat perempuan terlihat sebagai makhluk perasa, melainkan otak mereka. Otak di dalam tubuh laki-laki terdapat volume insula anterior yang menyebabkan mereka kurang peka terhadap perasaan dan emosi. Dari penelitian ini kita bisa menyimpulkan bahwa pernyataan “wanita menggunakan hati, sementara pria menggunakan otak” perlu diubah karena keduanya menggunakan otak ketika mengambil keputusan.
Kerja Keras Perempuan Berkontribusi Meningkatkan Ekonomi Global
Menjadi perempuan pekerja keras memang tidak mudah. Namun, bukan berarti kita harus menyerah begitu saja. Nyatanya, kerja keras perempuan justru berkontribusi terhadap ekonomi global, loh!
Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan bahwa apabila perempuan dapat berkontribusi dalam perekonomian, maka perekonomian global akan mendapatkan manfaat sebesar US$12 triliun pada tahun 2025. Sedangkan khusus kawasan Asia Pasifik, dapat memberikan nilai tambah hingga US$4,5 triliun.
“Peranan perempuan sungguh nyata dan memberikan nilai tambah yang sangat besar dari berbagai studi yang muncul,” ujar Menkeu Sri Mulyani.
Di Indonesia, perempuan tidak hanya aktif sebagai pekerja saja, tetapi juga menjadi pengusaha dan investor sehingga kontribusinya untuk ekonomi negara dan global sangat besar. Sekitar 53% sektor UMKM yang ada di Indonesia dimiliki oleh perempuan dengan 97% karyawannya adalah perempuan. Sementara itu, kontribusi perempuan di bidang investasi mencapai 60%.
Jadi, apakah kamu sudah bangga jadi perempuan pekerja keras?
Referensi:
- https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-kontribusi-perempuan-dalam-ekonomi-nasional/
- https://nationalgeographic.grid.id/read/13909727/penelitian-mengungkap-bahwa-perempuan-lebih-emosional-daripada-lelaki?page=all
- https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/perempuan-dan-belenggu-peran-kultural