Halo Perempuan! Sudah mulai masuk bulan keempat di tahun ini, gimana rasa isi kepalanya? Rasanya udah njlimet dan sesak ya? Kayanya ada saja yang menguji kesabaran setiap harinya, entah dari pekerjaan, lingkungan sosial, ataupun pekerjaan rumah. Belum lagi, untuk Ibu yang anaknya mau lulus tahun ini, jadi sudah harus mulai cari-cari sekolah baru. Ruwetnya isi kepala seringnya bikin kita mau untuk healing ga sih? Kayanya butuh untuk jalan-jalan santai, lihat yang hijau-hijau, dan jauh dari keramaian kota. Sini-sini, Haloibu akan ajak kalian untuk tahu lebih banyak soal healing dengan hiking.
Pusing Hilang dengan Hiking
Sekarang, kata healing makin populer dipakai banyak orang. Sebenarnya, healing atau dalam Bahasa Indonesia berarti penyembuhan. Menurut psikolog klinis Veronica Adesla, proses penyembuhan bisa dilakukan secara pribadi atau dibantu oleh prodesional. Berbeda dengan healing, ternyata self-healing berarti upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Ada berbagai cara untuk melakukan proses penyembuhan ini, misalnya dengan berolahraga dan mengambil waktu untuk refleksi diri. Dua hal itu bisa kamu lakukan salah satunya dengan hiking. Hiking akhir-akhir ini semakin meningkat peminatnya di antara anak muda, baik perempuan atau laki-laki. Memang, apa saja sih keuntungan hiking, ‘kan capek?
- Mengurangi stres dan kecemasan.
Lingkungan hiking biasanya masih hijau dan asri bukan hanya memanjakan mata, tapi juga bisa membuat diri kita lebih senang. Dengan hiking di alam bebas, tubuh akan melepaskan hormon endorfin, yang juga diketahui sebagai hormon kebahagiaan. Berdasarkan penelitian dari Standford University di tahun 2015, berjalan di alam bebas selama 90 menit dapat mengurangi pikiran-pikiran negatif berlebih, yang kalau dibiarkan dapat berujung menjadi kecemasan.
- Meningkatkan sensitivitas indra.
Ketika berada di alam bebas, kita punya banyak waktu untuk menyatu dengan alam, dan karena kita tidak berpindah dengan cepat seperti berlari ataupun bersepeda, kita bisa “menenggelamkan” diri dalam alam. Kita akan merasakan indra kita lebih sensitif terhadap hal-hal yang kita lihat, cium, sentuh, dan dengar, atau bahkan kita rasakan. Pengalaman ini akan melepaskan kepenatan kita dari hiruk-pikuk kota yang biasanya jadi konsumsi sehari-hari.
- Memperat hubungan dengan orang lain.
Biasanya hiking dilakukan secara berkelompok, untuk alasan keamanan. Namun, hiking bukan hanya soal keindahan, tapi juga mengatur strategi kapan harus berjalan dan beristirahat, menentukan arah perjalanan, dan berbagai pengambilan keputusan. Hal-hal ini tentunya membutuhkan komunikasi dan kerja sama yang baik dalam kelompok hiking kamu.
Dengan berbagai keputusan kelompok yang ada, tanpa disadari hubungan antarindividu dalam kelompok akan menjadi dekat dan bisa membuat hubungan baru dengan orang-orang yang baru bertemu. Pengalaman bersama menjadi cara yang sangat baik untuk menjalin hubungan dan koneksi. Hubungan dengan orang lain ini ternyata memberikan dampak positif yang besar untuk kesehatan kita. Selain itu, manusia sebagai makhluk sosial akan membutuhkan komunitas untuk berbagi berbagai hal. Bukan hanya berkomunitas dengan teman-teman sekelompok, tapi kita juga bisa menjalin komunikasi dengan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar lokasi hiking.
- Memperat hubungan dengan diri sendiri.
Bukan hanya memperat hubungan dengan orang lain, ketika hiking kita akan menjadi lebih dekat dengan diri sendiri. Kita akan tahu kapan kita harus berhenti dan mulai berjalan, kita akan tahu kekurangan yang kita miliki, tapi kita juga akan tahu kelebihan yang diri kita punya. Dengan hiking, kita dapat mengubah mindset yang ada dan meningkatkan kepercayaan diri bahwa kita sebetulnya bisa melakukan banyak hal yang sebelumnya belum pernah dibayangkan.
- Melatih pikiran.
Semua bentuk olah raga punya dampak positif, untuk tubuh dan pikiran. Namun, ketika melakukan hiking, kita tidak hanya dituntut untuk punya tubuh yang sehat dan bugar, tapi juga pikiran yang jernih dan objektif. Kita harus berhati-hati terhadap berbagai hal, jalur, cuaca, dan lain-lain. Dengan kesadaran iin, kita akan menaktifkan bagian otak hippocampus dan retrosplenial cortex yang berguna untuk mengontrol memori spasial dan navigasi. Dengan aktivasi area ini, akan membuat “jalur” pikiran lain di otak dan akan mencegak risiko mengalami Alzheimer.
- Meningkatkan kualitas tidur.
Setelah berolah raga dan melihat yang hijau-hijau, tubuh akan terasa lebih rileks, yang berdampak pada peningkatan kualitas tidur. Dengan kualitas tidur yang meningkat, tentunya tubuh dan pikiran kita akan menjadi lebih sehat dan akan meningkatkan kualitas hidup sehari-hari kita.
Selain berguna untuk kesehatan mental dan pikiran, tentunya hiking punya segudang manfaat untuk kesehatan fisik. Hiking akan melatih kemampuan jantung dan paru-paru, serta kesehatan kardio kita secara keseluruhan. Dengan membawa beban yang sesuai ketika hiking, kita akan melatih kekuatan tulang dan otot, sehingga akan meminimalisir risiko mengalami cedera tulang dan otot di kemudian hari.
Perempuan Kok Naik Gunung?
Hiking memang punya banyak manfaat, tapi sedihnya ternyata kegiatan ini masih dikaitkan dengan gender. Bergiat di alam bebas, seperti mendaki gunung, memanjat tebing, dll identik dengan kegiatannya kaum laki-laki. Hal ini tidak terlepas dari anak laki-laki yang kebanyakan dituntut untuk menjadi berani dan kuat di lingkungannya, berbeda dengan anak perempuan yang dididik untuk menjadi lemah lembut dan tidak dekat dengan hal-hal yang menantang, seperti bergiat di alam bebas dan naik gunung, serta hiking.
Ada satu studi yang dipublikasi oleh NIH (National Institue of Health) mengatakan kalau perempuan lebih jarang berada di alam bebas karena masalah keamanan, kurangnya fasilitas–seperti toilet dan fasilitas tidur, serta ketakutan pada hewan-hewan yang ada di alam bebas. Hal lainnya adalah perbedaan fisislogis yang kita punya, seperti kaki yang lebih pendek, sehingga langkah yang dihasilkan perempuan akan lebih kecil dan membutuhkan waktu sedikit lebih banyak dari laki-laki. Selain itu, ketika sedang dalam menstruasi, biasanya tubuh perempuan akan cenderung lebih lemah.
Meski begitu, ternyata perempuan memiliki banyak keuntungan ketika bergiat di alam bebas. Perempuan memiliki lebih banyak lemak tubuh. Wah, biasanya perempuan ga suka nih dengan lemak tubuh karena dianggap bisa membuat gemuk. Padahal, ketika sedang melakukan pendakian, lemak tubuh itu bisa menjadi cadangan energi yang sangat baik, sehingga perempuan membutuhkan lebih sedikit asupan kalori. Selain itu, tubuh perempuan yang rata-rata secara fisiologis lebih kecil dari laki-laki, membutuhkan lebih sedikit air. Kalau lagi melakukan kegiatan di alam bebas dan pendakian, tentunya ini menjadi keuntungan karena air yang dibutuhkan jadi lebih sedikit.
Terlepas dari itu semua, sebetulnya antara perempuan dan laki-laki mengalami masalah kesehatan yang sama ketika di alam bebas dan melakukan pendakian. Risiko cedera seperti kram, keseleo, hingga patah tulang antara laki-laki dan perempuan persentasenya sama besar, termasuk juga risiko terkena diare.
Kalau kita lihat-lihat berbagai pertimbangan di atas, sebetulnya hampir ga ada alasan bagi kita kaum perempuan untuk ga melakukan kegiatan di alam bebas, terutama mendaki gunung, karena mendaki gunung memiliki banyak keuntungan, baik untuk kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1946964/.
https://news.stanford.edu/2015/06/30/hiking-mental-health-063015/.
https://wildlandtrekking.com/blog/the-health-benefits-of-hiking/.
https://wellbalancedwomen.com/the-incredible-health-benefits-of-hiking/.