Sama halnya seperti Hari Raya Natal, hari raya Paskah menjadi salah satu hari penting bagi Umat Nasrani. Perayaan Paskah–terutama dalam tradisi Katolik–terdiri dari rangkaian panjang yang dimulai pada Rabu Abu, berpuasa dan berpantang selama 40 hari, Minggu Palma, kemudian memasuki Tri Hari Suci, yakni Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah.
Meski memiliki rangkaian yang panjang, banyak orang yang menganggap bahwa Jumat Agung merupakan puncak perayaannya. Hal ini karena pada Jumat Agung, Nabi Isa Almasih wafat untuk menebus dosa umat Kristiani.
Ada yang berbeda dari Ibadat Jumat Agung, terutama bagi umat Katolik. Jika mereka biasanya melakukan Sakramen Ekaristi, ketika Jumat Agung Ekaristi tidak dilakukan dan tidak membuat tanda Salib selama ibadat. Meski Jumat Agung merupakan hari yang penting, bukan berarti dalam tradisi liturgisnya tidak mengalami perubahan. Di Abad Pertangahan, hanya Pastur yang bertugas yang boleh mengambil Komuni, dengan Hosti (roti tanpa ragi) yang telah didoakan pada Misa Kamis Putih. Namun, pada tahun 1955, umat awam akhirnya juga boleh mengonsumsinya ketika Jumat Agung.
Pada abad ke-17, perkumpulan Pastur Jesuit memperkenalkan meditasi untuk mengenai “tujuh kata terakhir yang diucapkan Yesus ketika di Salib”. Meditasi tersebut dilakukan antara pukul 12 siang sampai 3 sore. Ibadat serupa juga dilakukan oleh umat Katolik Ortodoks, yang tidak menerima Komuni pada Jumat Agung.
Tradisi Jumat Agung di Indonesia
Banyak yang menganggap bahwa puncak perayaan Paskah selain jatuh di Minggu Paskah, juga berada di Jumat Agung. Hari kematian Isa menjadi penting, karena pada hari itu, Isa yang tidak berdosa dianggap telah mengorbankan diri-Nya untuk menebus kesalahan dan dosa dari masyarakat di masa itu. Di Gereja, sejak Masa Prapaskah sampai Jumat Agung, seluruh Salib dan patung akan ditutupi dengan kain berwarna hitam atau ungu.
Pentingnya Jumat Agung tidak hanya diperingati di Gereja melalui Ibadat Jumat Agung, tapi juga banyak diperingati di seluruh dunia dengan berbagai macam tradisi. Di daerah-daerah yang memiliki banyak umat Kristiani, tradisi Jumat Agung seperti telah bergabung dengan tradisi budaya setempat.
- Tradisi Semana Santa di Larantuka, NTT
Di Larantuka, Flores Timur, terdapat tradisi Semana Santa (Pekan Suci) yang dilakukan selama satu minggu penuh dan puncaknya jatuh pada Jumat Agung. Di hari itu, dilakukan arak-arakan patung Bunda Maria dari Kapel Tuan Ma menuju Kapel Tuan Ana untuk menjemput patung Yesus sesuai rute Tikam Turo. Kedua patung tersebut diarak mengelilingi Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka ke penghentian dalam jalan salib, untuk mengenang proses penyaliban Isa Almasih.
- Tradisi serupa di Larantuka, juga dilakukan di Wonogiri, Jawa Tengah. Umat Katolik melakukan drama pengorbanan Isa dan perjalanan napak tilas menuju puncak Gunung Gandul, yang bagi masyarakat sana merupakan simbol dari Bukit Golgota.
- Tradisi Kure di Noemuti, NTT
Tradisi Kure, dilakukan oleh masyarakat di Noemuti, Nusa Tenggara Timur. Tradisi tersebut dilakukan selama Rabu–Senin, dengan puncaknya berupa doa bergilir pada Kamis Putih dan Jumat Agung. Ritual diawali dengan pengosongan diri yang dinamakan Boe Nekaf, kemudian dilanjutkan dengan Tanju Uie Neno atau pemandian benda suci peninggalan Bangsa Portugis, negara yang menyebarkan agama Katolik di NTT. Setelah itu, warga melakukan persembahan berupa uang ataupun hasil bumi, yang akan dibagikan kembali. Ketika Jumat Agung, warga kampung setempat maupun warga yang datang dari luar derah dilarang menggunakaan kendaraan dan membunyikan apapun hingga hari Sabtu pagi. Ritualpun ditutup dengan tarian, serta menghanyutkan air dan minyak yang digunakan saat Tanju Uie Neno.
- Ziarah Gua Maria Sendangsono, Jawa Tengah
Di Kulonprogo, Gua Maria Sendangsono akan disesaki umat Katolik untuk berziarah, merenung, dan mengucap syukur. Setelah itu, umat akan mendatangi mata air Tirta Wening Banyu Panguripan, yang airnya dipercaya membawa berkat.
- Momento Mori, Kalimantan Tengah
Momento Mori merupakan Bahasa Latin yang berarti ‘ingatlah kamu akan mati’. Ritual ini dinamakan begitu, karena merupakan penghormatan untuk keluarga yang sudah meninggal. Pada hari Sabtu sebelum Paskah, keluarga yang masih hidup akan berkumpul sepanjang malam hingga fajar dan menyalakan lilin dan menaruh bunga di atas kuburan keluarga yang sudah meninggal.
- Buha-Buha Ijuk, Sumatera Utara
Di beberapa daerah di Sumatera Utara seperti di Pangan Balon, Nagasaribu, dan Parapat, melakukan tradisi Buha-Buha Ijuk pada pukul 04.00 WIB, ketika lonceng gereja dibunyikan. Saat itu, masyarakat berjalan menuju makam keluarga masing-masing dengan diterangi lilin yang dinyalakan oleh orang-orang yang berziarah. Tradisi ini dimaknai seperti ketika Maria Magdalena pergi ke makam Yesus tiga hari setelah wafat.
Jumat Agung di Seluruh Dunia
Selain di Indonesia, di luar negeri juga terdapat beberapa tradisi dan kepercayaan berkaitan dengan Jumat Agung. Di 12 daerah di Jerman, masyarakat dilarang untuk tertawa dan menari di publik pada Jumat Agung, acara TV juga hanya menampilkan materi keagamaan.
Di Irlandia, anak perempuan berlomba untuk memotong rambut, karena dianggap rambutnya akan tumbuh lebih panjang dan tebal. Kebalikannya, laki-laki akan menghindari mencukur karena jika mengalami luka berdarah di hari Jumat Agung, akan dianggap sebagai kesialan. Sedangkan bagi petani di sana, Jumat Agung dianggap menjadi hari baik untuk menanam, karena apapun yang ditanam di hari itu, dipercaya akan tumbuh dengan baik.
Jumat Agung merupakan waktunya berpuasa, sehingga umat Kristiani biasanya akan menghindari daging di hari ini. Untuk menghindari daging, masyarakat Prancis dan Italia menggantinya dengan ikan, sehingga Jumat Agung dinamakan juga ‘Fish Friday’.
Menerbangkan layangan pada Jumat Agung mungkin terlihat aneh, tapi tidak untuk masyarakat Bermuda. Mereka menerbangkan layangan di hari itu sebagai simbol Isa yang akan bangkit pada hari ketiga setelah meninggal dan diangkat ke surga setelahnya. Sedangkan di London, tepatnya di Trafalgar Square, setiap tahunnya diputar film “The Passion of The Christ”, yang menceritakan kisah akhir hidup Isa Almasih.
Di samping berbagai tradisi di seluruh dunia, ada satu tradisi yang selalu dilakukan oleh Umat Katolik di seluruh dunia. Bagi mereka yang telah akil baligh, Masa Prapaskah merupakan waktu untuk berpuasa selama 40 hari. Puasa wajib dilakukan pada Rabu Abu dan Jumat Agung. Selain itu, pada waktu pagi di hari Jumat itu, biasanya juga dilakukan Jalan Salib dan biasanya tablo (drama) untuk mengenang penderitaan Isa Almasih.
Apapun tradisi yang biasa dilakukan, Jumat Agung merupakan hari penting bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Hari ini bukan saja untuk memperingati kematian Isa Almasih, tapi juga untuk mengenang jasa-Nya yang meski tidak berdosa, rela mengorbankan diri agar umat-Nya tidak dihukum oleh Allah. Jumat Agung juga merupakan perayaan kasih, untuk mengenang kasih Isa Almasih pada umat-Nya.
Referensi:
https://akutahu.com/post/tradisi-jumat-agung.
https://www.iamexpat.de/lifestyle/lifestyle-news/why-dancing-banned-easter-germany.
https://www.crosswalk.com/special-coverage/easter/good-friday-traditions.html.