Di balik berbagai isu yang dihadapinya, perempuan Indonesia memiliki sederet fakta unik. Dari penampilannya saja, perempuan sudah jelas berbeda dengan laki-laki. Belum lagi, kalau kita bicara dari aspek biologis dan budaya yang membuat setiap individu terlihat berbeda. Beragamnya suku dan adat di tanah air juga tentunya menjadikan perempuan Indonesia unik. Nah, untuk lebih mengenal perempuan Indonesia, simak beberapa 5 fakta menarik ini yah!
1. Di Papua, Pakaian Adat untuk Perempuan Single dan Menikah Itu Berbeda
Perempuan yang masih single mengenakan pakaian adat bernama Sali. Pakaian ini terbuat dari kulit pohon yang berwarna cokelat terang.
Sedangkan untuk perempuan yang sudah menikah biasanya menggunakan pakaian adat Yokal. Pada dasarnya, baik Sali maupun Yokal sama-sama terbuat dari kulit pohon untuk menunjukkan bahwa masyarakat Papua dekat dengan alam. Hanya saja, Yokal menggunakan kulit pohon berwarna cokelat kemerahan.
2. Kuping Panjang Jadi Simbol Kecantikan Perempuan Dayak
Dayak adalah suku yang berasal dari Kalimantan Timur. Bagi perempuan dayak, kuping dengan cuping panjang menjadi simbol kecantikan. Dahulu, anak perempuan dari suku dayak selalu diberi anting berupa kayu dengan ukuran yang cukup besar.
Perempuan dayak juga selalu menambah jumlah anting seiring dengan bertambahnya usia. Semakin lama, beban dari banyaknya anting yang terpasang tentu menjadi semakin berat. Hal inilah yang membuat kuping perempuan dayak menjadi panjang.
Namun, sayangnya tradisi memanjangkan kuping anak perempuan kini sudah mulai ditinggalkan. Berdasarkan data Yayasan Telinga Panjang, jumlah perempuan dengan kuping panjang saat ini tak lebih dari 100 orang.
3. Untuk Merawat Kecantikan, Perempuan Bali Senang Perawatan Alami
Ada satu kebiasaan unik yang sering dilakukan perempuan Bali, yaitu perawatan tradisional dari bahan-bahan alami. Misalnya lulur boreh yang terbuat dari berbagai jenis rempah seperti minyak kelapa, jahe, kunyit, dan kumis kucing.
Karena terdapat kandungan minyak kelapa, lulur boreh berkhasiat melembapkan kulit yang kering, seperti yang dijelaskan penelitian dalam National Center for Biotechnology Information (NCBI). Dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa minyak kelapa mampu meningkatkan kelembapan kulit. Bahkan, minyak kelapa juga dapat mengobati eksim dengan gejala kulit bersisik dan gatal-gatal.
Perawatan dengan lulur tradisional ini turun-temurun dilakukan perempuan Bali sejak zaman dahulu hingga saat ini. Ayo siapa yang suka pakai lulur boreh?
4. Kebaya Hanya Digunakan Perempuan Bangsawan Pada Zaman Dahulu
Kebaya mulai dikenakan perempuan Indonesia sekitar tahun 1600. Waktu itu, hanya perempuan Jawa yang berasal dari kerajaan serta kaum bangsawan saja yang mengenakan kebaya. Di masa penjajahan, perempuan-perempuan Belanda juga turut mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi untuk menghadiri acara formal.
Seiring berjalannya waktu, kebaya akhirnya digunakan oleh perempuan dari berbagai kalangan. Para istri petani juga mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Pada tahun 1978, kebaya ditetapkan menjadi pakaian nasional khas Indonesia. Sebetulnya ada 3 pakaian tradisional lainnya yang waktu itu dipertimbangkan menjadi pakaian nasional untuk perempuan .
Yaitu, kemben, baju kurung, dan baju bodo. Ditetapkannya kebaya menjadi pakaian nasional bukanlah tanpa alasan. Menurut pengamat tata busana, Suciati, kebaya memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tahun ke tahun. Mulai dari masa penjajahan, kemerdekaan, hingga era modern di masa kini.
Selain itu, kebaya juga memiliki filosofi yang menggambarkan perempuan. Model kebaya sengaja dibentuk untuk melindungi fisik perempuan yang memiliki rahim dan dapat menyusui. Maka, kebaya juga melambangkan simbol keselamatan bagi perempuan.
“Perempuan memiliki kodrat yang berbeda dengan laki-laki karena memiliki rahim, yang kodrati. Maka dibentuklah tatanan selain rapi dia panjang memakai motif yang sebenarnya simbol keselamatan,” ungkap Suciati.
5. Perempuan Minangkabau Mengenakan Suntiang Sebagai Simbol Tanggung Jawab
Suntiang yang merupakan hiasan kepala perempuan Minangkabau pada umumnya digunakan saat melangsungkan pernikahan. Sebagai bagian dari adat suku Minangkabau, suntiang tentu memiliki filosofinya sendiri.
Berdasarkan studi yang dilakukan Universitas Negeri Medan, perempuan Minangkabau merasa bangga saat memakai suntiang karena menjadi simbol tanggung jawab yang akan diemban setelah menikah nanti. Bobot suntiang berkisar antara 3,5 sampai 5 Kg sehingga dapat melambangkan beratnya tanggung jawab perempuan dalam hubungan pernikahan.
——–
Sumber:
https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/yulio/kualitas-wanita-sunda/3
https://www.cnnindonesia.com/inspirasi/20170424004606-454-209653/tentang-batak-di-mata-seorang-batak
https://www.sehatq.com/artikel/bolehkah-minyak-kelapa-untuk-wajah-jadi-pengganti-moisturizer