Ibu, di mana pun berada adalah sosok yang juga terdampak pandemi. Bukan perkara materi, kesibukan tiada henti, kadang butuh lebih dari sekedar menyendiri
Halo Ibu Apa Kabar?
Sadar nggak sih kalau beberapa waktu lagi kita memasuki tahun 2022. Dibilang tidak terasa, tapi kok ya lelah juga, tapi kalau ditanya tahun ini kesannya bagaimana? Apa sih yang Ibu rasakan selama pandemi? Rasanya mungkin sulit dijelaskan dengan kata-kata ya. Kita sempat memasuki masa krisis, ketika pertengahan tahun 2021, Indonesia mengalami badai peningkatan covid yang signifikan di berbagai daerah, dan tidak dapat terhindari ketika circle menjadi semakin dekat yang terdampak. Kehilangan banyak dirasakan, baik secara materi, koneksi yang menjadi berjarak dan memiliki keterbatasan, namun juga dari sisi emosi, begitu banyak berita duka yang diterima.
Meskipun banyak ibu yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, kehadiran pandemi tetaplah menjadi situasi yang tidak nyaman untuk siapapun.
Kesibukan tiada henti
Selain pekerjaan rumah tangga yang menjadi bagian dari keseharian ibu, ada tambahan aktivitas lain yang hanya terjadi ketika pandemi yaitu menjadi pendamping sekolah daring bagi anak. Belum lagi untuk ibu yang tetap bekerja, meski dari rumah, ternyata tidak lantas menjadikan semua terasa mudah. Segala aktivitas yang dilakukan di rumah, mulai dari bekerja, beristirahat, bersosialiasi secara virtual, mencari hiburan melalui digital, membuat rasa lelah semakin tidak terkendali, bahkan liburan pun tidak lagi dapat dilakukan. Kami memahami segala kelelahan fisik dan mental yang dialami.
Mencintai keluarga, tapi tetap saja ada kalanya merasa lelah
Meski ibu amat mencintai suami dan anak-anak dan selalu memberikan cinta, perhatian, dan kasih sayang yang terbaik, namun ada kalanya 24 jam bersama tanpa jeda untuk diri, bisa terasa amat melelahkan. Berdasarkan survey State of Motherhood 2021 dari motherly didapatkan hasil bahwa 93% dari ibu yang menjadi responden mengalami burn out, meningkat 7 poin dari survey tahun lalu dan 16% dari mereka mengatakan mengalami burn out sepanjang waktu.
Lelahmu bukan dirimu, emosimu bukan dirimu
Sepanjang dua tahun terakhir, mungkin kita mengalami kelelahan fisik, mental, hingga finansial. Mengalami berbagai kondisi yang sering diidentikkan dengan burnout yang termanifestasi dalam beragam perilaku seperti mudah tersulut emosi, tidak bisa tidur atau beristirahat dengan tenang, terus menerus merasa kelelahan, merasa tidak mampu menyelesaikan berbagai hal, merasakan kesedihan mendalam atau jenuh yang tidak berkesudahan, hingga akhirnya merasakan penyesalan atau merasa bersalah setelah terpicu untuk berperilaku yang cenderung negatif. Percayalah bahwa semua emosi yang dirasakan itu valid, tapi kamu tidak sendirian, dan kamu bukanlah representasi dari lelahmu dan emosimu.
Berdamai dengan keadaan
Ketika tidak ada akses
Terima kasih sudah Bertahan
Kamu sudah memberikan yang terbaik
Menyempatkan diri mencintai diri
Source:
- https://www.kompas.com/parapuan/read/532837175/kesehatan-mental-di-indonesia-selama-pandemi-hasil-survei-ungkap-mayoritas-masyarakat-merasa-kesepian
- https://www.mother.ly/state-of-motherhood/2021-state-of-motherhood-survey/mothers-are-having-less-sex