Ketika menjadi ibu adalah hal yang luar biasa, namun di saat yang bersamaan kehilangan sosok diri dan menjadi pribadi yang berbeda
Halo Ibu Apa Kabar?
Aku Cinta Anakku, tapi Aku rindu Aku
Ketika menjalani masa kehamilan, kita dapat mengakses berbagai sumber informasi dari banyak pihak terkait dengan persiapan menjalani kehamilan, melahirkan, proses menyusui, hingga persiapan finansial penunjang masa depan anak. Namun ada hal yang kerap luput dari perhatian dan seringkali tidak dipersiapkan adalah bagaimana kehidupan seorang perempuan yang mengalami perbedaan signifikan setelah memiliki anak.
Beberapa perubahan dialami, baik secara fisik, kebebasan dalam beraktivitas, tanggung jawab terhadap diri yang menjadi tanggung jawab terhadap manusia kecil, keleluasaan atas waktu 24 jam yang dimiliki, hingga kesempatan untuk mencapai mimpi yang belum terwujud, bahkan mungkin menemukan sahabat baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Memiliki anak adalah salah satu anugerah terindah yang bisa dirasakan, tapi adalah sesuatu yang wajar ketika ada kalanya kita bernostalgia dengan sosok diri sendiri pada usia yang lebih muda, pada status dan peran yang berbeda. Meski sebetulnya tidak selalu berisikan penyesalan atau ingin kembali lagi, hanya berisi kerinduan dan refleksi berbagai kebahagiaan yang pernah dirasakan sebelumnya sebagai sebuah pengingat. Berbagai kenangan akan sosok dengan segala kekurangan dan kelebihan inilah yang dapat menjadi penguat bahwa dengan segala hal yang pernah dilalui sebelumnya kita mampu bertahan hingga saat ini.
Kehilangan Diri dan Melepas Mimpi
Ingat engga bu, waktu di sekolah dulu, kita pernah belajar IPA, ada salah satu materi mengenai Hukum Kekekalan Energi yang menyatakan bahwa, “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, namun energi dapat berubah dari satu bentuk energi lainnya. Apa hubungannya sama menjadi ibu?
Ketika menjadi seorang ibu, kita tidak kehilangan diri sepenuhnya, hanya menjadi sosok yang berbeda. Bahkan tanpa disadari, ketika menjadi seorang ibu, sosok perempuan menjadi lebih kuat hingga mampu merelakan apapun demi anaknya. Lalu bagaimana dengan impian dan cita-cita yang dimilikinya, apakah harus menyerah?
Memahami dan menerima sepenuhnya bahwa kita mengalami transisi dan transformasi saat menjadi ibu, membantu kita untuk merelakan banyak hal yang mungkin tidak dapat kita rasakan kembali. Dengan demikian kita bisa perlahan memulihkan diri untuk Menyusun kembali akan hal-hal yang dapat kita lakukan dan dengan penuh kesadaran mengelola energi untuk mencapai hal-hal yang kita impikan. Mimpinya bisa jadi bukan menghilang sama sekali, hanya berubah bentuknya dan bahkan mungkin lebih baik daripada yang pernah kita bayangkan sebelumnya.
Menjadi Ibu, Mengenali Diri
Saat menjadi ibu, seringkali terjadi bahwa kita mencurahkan segalanya untuk anak dan keluarga hingga abai terhadap diri sendiri dan terasa kian berjarak bukan dengan orang lain, namun dengan sosok diri sendiri. Lupa menyapa dan menanyakan kabarnya. Lalu tersadar ketika ada seseorang terdekat yang mulai menanyakan kabar, baru tersadar dan memeriksa perasaan sendiri.
Semakin sering berkomunikasi dengan diri, maka kita akan semakin mengenal diri, dan tentunya semakin memahami apa yang ingin dicapai. Cita-cita dan tujuan yang ingin digapai. Tidak ada kata terlambat untuk meraih yang kita inginkan karena waktu untuk setiap pribadi pasti berbeda. Menyadari bahwa pace yang kita miliki sekarang berbeda dengan diri di masa lalu, serta tidak membandingkan diri dengan orang lain di sekitar dapat membantu untuk lebih ringan dalam mencapai tujuan dan meringankan Langkah menjalani keseharian.
Dear Ibu, jangan lupa sampaikan pada dirimu :
I love you, I love me too.
