Bukan salah cintanya, hanya saja menjadi ibu adalah proses transformasi berkelanjutan
Suatu kali saya pernah mendapat pesan dari seorang teman yang merasa mengalami masa sulit di awal menjadi ibu.
“Mbak, kenapa ya dari dulu aku suka anak-anak, Aku juga nikah muda dan langsung dikasih anak. Rasanya kayak mimpi. Aku bersyukur sih dikasih kemudahan, tapi kok rasanya aku jadi gampang nangis ya mbak. Apalagi kalau dengar anakku nangis, aku malah kesel, kadang pengen marah dan teriak-teriak. Aku cinta kok sama anakku, tapi kenapa rasanya aku gabisa jadi ibu yang baik ya mbak.”
- Rani, 25 tahun-
Apa yang dialami oleh mbak Rani ini sempat saya rasakan di minggu-minggu pertama ketika menjadi ibu. Berbeda dengan mbak Rani yang sedari remaja sudah dekat dan mencintai anak-anak, saya justru bukan tipe yang mudah akrab dan dekat dengan anak. Di sisi lain, saya sebetulnya tipe yang tidak mudah terharu atau menangis, tapi entah mengapa sepertinya setelah memiliki anak saya merasa jadi lebih mudah terharu, merasa tidak tega dan mudah sekali meneteskan air mata, apalagi bila cerita yang saya dengar terkait dengan anak-anak.
Setelah melahirkan dan menjadi ibu memang sebuah proses perubahan yang luar biasa bagi seorang perempuan. Seperti yang sering disampaikan oleh mbak Ashtra, bahwa proses menjadi ibu adalah sebuah transformasi, di mana seorang perempuan kehilangan sebagian dari dirinya untuk memperoleh peran baru dan mendapatkan kebahagiaan dan cinta nya dalam bentuk yang berbeda. Dalam prosesnya, menjadi ibu tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Ada perubahan secara fisiologis yang terjadi dalam tubuh, perubahan bentuk fisik, hormone, serta perubahan psikologis, ketika kita merasakan rasa sakit dan di saat yang sama merasakan kebahagiaan dalam level yang berbeda, ada pula perubahan status yang berdampak pada peran dan tanggung jawab bahwa ada sesosok mungil yang kehidupannya sangat bergantung pada kita.
Perubahan ini tentunya bukan suatu hal yang sederhana dan berbagai latar belakang ketika seorang ibu mengalami proses hamil hingga melahirkan, memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ibu. Dalam beberapa kasus, terdapat ibu yang mengalami sindrom Baby Blues atau dalam tingkatan yang lebih ekstrem mengalami kondisi Post Partum Depression. Di sini, saya tidak akan membahas detail mengenai keduanya.
Proses transisi dan transformasi tentunya membutuhkan kesadaran dan penerimaan dari dalam diri. Dengan menyadari adanya perubahan tersebut akan membantu proses perubahan yang terjadi. Banyak orang yang mencintai anak kecil dan memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menjadi ibu, bahkan sebelumnya sudah memiliki naluri keibuan, tapi tetap mengalami kendala dan tantangan ketika menjadi ibu baru. TIDAK APA. Sadari bahwa segala bentuk emosi yang timbul adalah valid karena meski kita tahu beragam teori parenting, meski mendapatkan berbagai cerita pengalaman tentang menjadi ibu atau bagaimana membesarkan anak, ini adalah sebuah tahapan yang berbeda.
Ibu, kamu berharga dan kamu berhak dicintai dan layak untuk merasa bahagia. Perjalanan menjadi ibu memang penuh dengan kejutan dan kamu tak sendirian mengalaminya.