Beberapa waktu yang lalu, kita kembali dikagetkan dengan berita tentang seorang ibu di Jawa Timur yang mengubur bayinya hidup-hidup di pekarangan belakangan rumahnya. Bayi malang tersebut berhasil diselamatkan meskipun sempat kritis karena terkubur dalam tanah selama 30 menit.
Berbagai ulasan berita dan unggahan di media digital merespon dengan nada simpati. Saya lega, karena masyarakat kita tidak lagi menutup mata dan serta merta menyalahkan sang ibu setiap kali kasus seperti ini terjadi. Hanya saja, yang saya perhatikan, masih banyak yang salah menyebut kondisi yang dialami sang ibu.
“Kasihan ya, ibu itu kena baby blues” demikian banyak yang berkomentar.
Meskipun masyarakat kita mulai paham bahwa perjuangan seorang ibu tak berhenti ketika ia melahirkan bayinya, ternyata masih banyak yang belum mengetahui seluk-beluk tantangan pada masa pasca kelahiran, atau yang lebih umum disebut periode postpartum.
Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti Post-Partum Education Class yang dipersembahkan oleh HaloIbu di Nujuh Bulan Studio. Saya merasa tercerahkan, sekaligus menyesali mengapa kelas seperti ini belum ada waktu saya baru melahirkan putri saya, 3 tahun yang lalu.
Saya ingin merangkum setidaknya 3 hal paling menarik bagi saya di kelas ini;
- The 4 Horsemen of Postpartum Period
Terdapat 4 kondisi berbeda yang umum dialami ibu pada periode postpartum; Baby Blues, Post-Partum Depression, Post-Partum Depletion dan Post-Partum Psychosis. Masing- masing kondisi memiliki gejala berbeda, periode waktu yang berbeda, serta implikasi dan membutuhkan penanganan medis yang berbeda pula.
Ashtra Dymach sebagai fasilitator kelas postpartum, doula dan pendiri haloibu.id, menjelaskan bahwa seringkali kita salah mengenali gejala yang kita alami. Karenanya, penting untuk para ibu supaya tidak melakukan self-diagnosis, selalu dikelilingi orang- orang yang menyayangi dan mendukung, dan meminta bantuan professional ketika dirasa perlu. Semakin cepat kita menyadari bahwa kita perlu bantuan, semakin baiklah bagi keselamatan kita dan bayi kita.
- Dealing with Postpartum Grief
Kita sering menyangka bahwa setelah melahirkan, yang ada hanya rasa syukur dan bahagia karena dikaruniai bayi yang sehat dan lucu. Tak banyak yang menyadari, kita kehilangan banyak dari diri kita; waktu untuk diri sendiri, energi, dan yang terutama – jam tidur! Semua ini mengakibatkan ketidak seimbangan hormon yang menyebabkan serangkaian kondisi mental yang sangat mirip seperti saat kita sedang berduka.
Postpartum Education Class membantu kita memahami tahap- tahap perasaan “berduka” ini dan memberikan panduan bagaimana cara melewatinya. Berbagai tips diberikan secara mendetail, termasuk asupan makanan apa saja yang mampu membuat kita merasa lebih nyaman selama periode postpartum.
- Husbands, We’re in This Together
Perubahan fisik dan mental tidak hanya dialami oleh para ibu, tapi juga ayah. Karenanya, sangat penting untuk memahami proses yang harus dijalani oleh satu sama lain pada periode postpartum. Jika para ayah terlibat lebih aktif dalam pengasuhan anak selama masa- masa rentan ini, risiko terjadinya postpartum depression pada ibu bisa lebih mudah dihindari.
Saya merekomendasikan Postpartum Education Class ini untuk para calon orang tua dan orang tua baru, meskipun tidak terbatas pada para “orang tua lama” yang ingin mendapatkan pemahaman lebih baik tentang tantangan periode postpartum dan bagaimana melewatinya dengan bahagia.
Because happy parents raise happy kids, and happy kids create a better world.