Belakangan, timeline kita penuh dengan pemberitaan ataupun post tentang #womensmarch.
Mungkin untuk kebanyakan dari kita, gerakan ini belum menjadi sesuatu yang populer. Tapi, di negara- negara lain yang sudah lebih maju seperti Amerika, UK dan Australia, gerakan ini telah menjadi event tahunan yang dirayakan oleh ratusan ribu perempuan.
Dimulai di Amerika, geraka #womensmarch bertujuan untuk memperjuangkan hak- hak azasi perempuan, seperti kesetaraan gender, hak reproduksi, perlindungan dari pelecehan maupun kekerasan seksual, hingga penyetaraan gaji dan benefit dari tempat bekerja.
Di Indonesia sendiri, isu yang agaknya banyak dibahas dalam momen #womensmarch tahun ini adalah perlindungan terhadap kekerasan seksual, dan penolakan terhadap victim blaming. mengundang perdebatan.
Ibu, kita adalah sekolah moral pertama anak- anak kita. Sudah tanggung jawab kita untuk menciptakan generasi yang memahami cara memperlakukan sesama manusia dengan hormat dan penuh kasih. Meskipun tahun ini kita tidak turun ke jalan untuk merayakan #womensmarch, izinkan saya untuk menawarkan beberapa alternatif cara untuk menghidupkan spirit positifnya kedalam kehidupan kita sehari- hari;
- Sexual Education
Ini adalah momen yang sangat baik untuk mulai mengajarkan konsep seksualitas pada putra-putri kita. Menurut banyak psikolog anak, Pendidikan seksualitas bisa dimulai sejak anak berusia 3 tahun dan atau sedang dalam proses toilet training.
Kenalkan mereka pada teritori pribadi tubuh mereka sendiri, dan bahwa mereka punya otoritas penuh akan tubuhnya, kecuali tentu pada konteks medis dan kondisi darurat. Tekankan pada mereka untuk memberi tahu orang tua ketika ada orang lain yang melanggar teritori mereka dan atau membuat mereka merasa tidak nyaman. Beri contoh perilaku yang melanggar teritori pribadi, baik secara fisik visik maupun verbal.
Berikan juga pemahaman bahwa mereka harus mampu menghargai teritori pribadi tubuh orang lain. Tak peduli laki- laki atau perempuan, mereka harus menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab dan mampu menahan diri dari memasuki teritori pribadi orang lain.
2. Stand Up for Yourself
Cari tahu lebih banyak tentang hak- hak ibu sebagai perempuan. Misalnya, hak untuk cuti datang bulan setiap bulannya. Juga, hak untuk memiliki waktu dan tempat yang memadai untuk menyusui anak. Juga pahami bahwa Ibu punya hak untuk memilih cara berpakaian yang membuat Ibu nyaman, dan bahwa pilihan itu tidak seharusnya menjadikan Ibu objek pelecehan .
Victim blaming seringkali tumbuh subur dan menjadi budaya karena pembiaran. Sudah saatnya kita menjadi kuat dan menunjukan pada dunia bahwa perilaku pelecehan dan tidak menyenangkan, tak peduli seremeh apapun kelihatannya, tidak bisa dibiarkan.
3.Stand Up for Other Women
Banyak dari kita yang memiliki keterbatasan akses kepada Pendidikan moral maupun seksualitas yang layak, sehingga seringkali menjadi korban atau bahkan pelaku kekerasan. Berikan dukungan untuk teman jika menemukan indikasi ada perempuan di lingkungan ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, diabaikan dan tidak dinafkahi dengan layak, atau hal sejenis lainnya. Your support will means a lot to her.
Seringkali, pihak yang mengalami kekerasan tidak menyadari telah menjadi korban atau terlalu takut untuk membela dirinya sendiri. Perhatian dan bantuan dari kita akan menjadi hal yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
Let’s watch each others back, Ibu! Happy #womensmarch
Give support and love to other woman, like in lingkaran Ibu.