by Ibu Raka Rayi / Iput
“Parents sometimes worry that they don’t have the money, they don’t have the time, they can’t buy they children fancy toys… It’s not those toys.. You’re the most important thing in that child’s life. It’s YOU, you’re the best teacher, you’re the first teacher. And it’s the things that come for free. It’s your words, it’s your love, it’s your play… It’s the connection that you build between you and your child, that means all the difference in the world.”
Mungkin akhir-akhir ini sudah sering melihat dan mendengar tentang gerakan nonton bareng alias nobar film The Beginning Of Life yang diselenggarakan oleh Temantakita.com dan Ashoka Indonesia. Siapa saja boleh mendaftar untuk menjadi penyelenggara kegiatan ini di komunitasnya, di seluruh Indonesia. Film ini merupakan film dokumenter berbasis gerakan yang direlease oleh Unicef dan Maria Farinha Film untuk mengajak siapapun menjadi pembuat perubahan di masyarakat. Jadi selain di Indonesia, kegiatan ini juga diadakan di berbagai negara lain di dunia. Sayangnya ketika mengecek jadwal nobar di laman Facebook Anak Bukan Kertas Kosong, saya melihat belum ada komunitas yang mengadakan kegiatan ini di Surabaya, padahal saya ingin sekali menonton filmnya. Akhirnya saya mendaftar untuk menjadi penyelenggara kegiatan nonton bareng di Surabaya atas nama #bikinbikinditaman, kegiatan rutin bulanan yang saya adakan bagi ibu-ibu yang ingin saling sharing cara membuatkan mainan dari bahan yang ada di sekitar untuk anak-anaknya di rumah.
Saya ingin sekali film ini bisa ditonton orang banyak agar kita bisa saling memberi kekuatan karena meyakini bahwa tumbuh kembang anak membutuhkan dukungan dari semua pihak. Banyak poin penting mengenai pengasuhan anak usia dini yang disampaikan oleh berbagai narasumber dalam film ini, baik itu para ahli, orangtua, bahkan anak-anak itu sendiri. Film ini memaparkan bagaimana awal mula kehidupan seorang anak sejak di dalam kandungan harus diperhatikan dengan baik karena akan menjadi fondasi kehidupan di masa-masa berikutnya, bahwa peran ayah dan ibu dalam proses pengasuhan harus seimbang, bahwa lingkungan selain orang tua dan rumah memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendukung tumbuh kembang anak, bahkan pemerintah seharusnya mulai memikirkan untuk berinvestasi dalam perbaikan dan pengembangan sistem di berbagai aspek kehidupan dalam rangka mendukung terciptanya kehidupan anak usia dini yang baik, karena anak-anak jugalah yang kelak akan menjadi penerus bangsa.
Ada 18 peserta pada gelombang pertama (6 Agustus 2016) dan 20 peserta pada gelombang kedua (13 Agustus 2016) yang mendaftar dan mengikuti kegiatan nonton bareng dan diskusi santai di C2O Library, Surabaya. semua peserta sepakat bahwa film ini telah menjadi pengingat dan pembuka pikiran yang menyentuh hati, bahkan ada beberapa yang harus menyeka air mata ketika melihat beberapa adegan atau mendengar kalimat yang mengharukan. Saat diskusi, kami membahas mengenai peran lingkungan terhadap tumbuh kembang anak. Dimulai dari peran ibu dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anaknya. Kebetulan peserta ibu-ibunya beragam, ada yang memilih menjadi stay at home mom, ada yang bekerja, dan ada pula yang sedang kuliah. Ternyata baik ibu yang memiliki kesibukan di luar rumah ataupun yang sebagian besar waktunya di rumah, sama-sama tetap harus bisa membagi waktu antara bekerja kantoran atau menyelesaikan urusan rumah tangga dengan mendampingi anak bermain. Setiap ibu menceritakan kendala yang sering dihadapi dan bagaimana tips nya untuk membagi waktu. Kemudian diskusi berlanjut membahas mengenai peran ayah sebagai partner ibu yang harus bisa berbagi peran dalam mengasuh anak, peran kakek nenek, guru di sekolah, hingga asisten rumah tangga.
Film ini juga menyadarkan peserta untuk lebih bisa memberi kesempatan dan kepercayaan kepada pihak lain untuk mengasuh anak. Seorang ibu mengungkapkan bahwa melalui film ini ia sadar bahwa anak tidak hanya belajar mengenai keteraturan melalui sang ibu, namun juga mendapatkan kesempatan untuk mendapat ruang belajar yang lebih luas dengan cara mengeksplorasi lingkungan di luar rumah bersama sang suami. Kemudian ada peserta yang bercerita bahwa ia memilih daycare sebagai tempat untuk menitipkan anaknya ketika ia bekerja dan ada pula yang mengungkapkan tentang adanya perbedaan pola asuh antara dirinya dan pasangan dengan kakek nenek dari anak-anaknya. Kesimpulan yang disampaikan oleh mereka adalah kita sebagai orang tua memang harus belajar untuk memberi kepercayaan kepada pihak lain ketika memang diperlukan. Komunikasi yang baik dibutuhkan untuk menyepakati beberapa hal dasar, namun bukan untuk menyeragamkan pola asuh. Orang tua tidak bisa selamanya melindungi anak dari berbagai hal yang mungkin kita anggap tidak baik di luar sana, karena suatu saat mereka harus hidup sendiri secara mandiri dengan berbagai pengaruh dan tantangan dari lingkungan di sekitar mereka. Oleh karena itu tugas orang tua di usia awal kehidupan anak adalah membangun fondasi, baik itu fondasi agama, fondasi karakter yang baik, juga fondasi ikatan yang kuat dengan orangtua dan keluarga. “When you pay attention to the beginning of the story, you can change the whole story, for the better.”