CONTACT US
Lets share some love updates
Mom Inner Journey
Mom Inner Journey

The Importance of Self-Love

Share:

Halo Ibu,

Kalau membicarakan menjadi Ibu baru selalu menjadi topik seksi dan hangat. Transisi dari ‘diri sendiri’ dengan menambah gelar baru di depan, Mama, Ibu, Bunda, Nyanya, Bun-bun, selalu terdengar imut dan menyenangkan. Saya suka mesem-mesem sendiri sambil berujar dalam hati “Asik juga gw udah jadi Ibu orang”.

Dalam euphoria keibuan, ada teman yang tak terlalu akrab di Facebook comment, “Gimana perasaanya sekarang surga di telapak kaki kamu?”. Kalau Saya lagi di Sitcom, pasti ada suara Wakwawwww dibelakang. Gelar menjadi Ibu begitu Wah, lux dan sakral. Saya enggak yakin bocah seperti saya yang hobinya makan bakso pake sambel semangkok mampu menerima gelar ini.

And the days goes on, dalam keraguan menjadi ibu. Pada saat hamil saya begitu dimanja oleh suami, keluarga, dan semua orang. Begitu melahirkan, Tiba-tiba semua perhatian jatuh ke anak saya, perhatian saya pun begitu. Semua sangat concern dengan anak kami, semua berusaha memberikan tips dan trik menjadi Ibu baru. Semua sayang sama Mahija, semua ingin yang terbaik untuk Mahija. Agaknya ini memberikan preassure kepada saya untuk merawat Mahija dengan benar menurut norma yang berlaku.

Rasa cinta saya buat Mahija juga begitu besarnya. Tapi rasa cinta sama diri ? Seperti tren pakaian yang silih berganti, I forget about it.

Saat Mahija umur 6 bulanan, saat jam tidurya lebih baik, saya memiliki ruang dan waktu untuk memikirkan diri sendiri. Saya merasa ada semacam cenutan di hati, It kinda makes me feel sad. Padahal saya bahagia setengah mati punya anak, tapi kok bisa saya punya perasaan sedih yang menggelitik ini. Saat Mahija masuk toddlerhood, kesedihan ini agak lebih menganga. Saya merasakan ruang kosong, banyak pernyataan yang mencuat di dalam diri. Kenapa saya hamil? Kenapa saya tidak bahagia? Kenapa saya kok selalu menyalahkan diri sendiri. Saya kok rindu sekali dengan diri saya yang dulu yang bisa bebas menjadi apa saja .

Kayak cinta pertama perasaan ini enggak hilang begitu ajah. Ketika anak tidur atau sedang bermain, pikiran saya akan jail mengorek pertanyaan-pertanyaan itu lagi. Saya mendapatkan ‘me time’ yang cukup, pergi jalan-jalan ke mal, menonton , atau membaca buku. Mungkin 2-3 jam seminggu. Saya mulai bertanya lagi apa ini masih belum cukup? Kenapa saya enggak puas-puas sih?

Pertanyaan-pertanyaan berganti dengan pencarian. Banyak membaca pengalaman Ibu lain lewat blog-I love your blog Ibu keep writing them please, if you don’t have blog, please submit your story haloibu@gmail.com-semua meyakinkan bahwa menjadi Ibu itu berproses. Buku-buku tentang pengalaman Motherhood yang saya baca juga ikut setuju, selain beradaptasi dengan bayi, suami, dan keluarga, menjadi Ibu juga beradaptasi dengan diri sendiri. Pendefinisian diri kembali. Apa yang saya sukai, dan roles apa yang ingin saya ambil di hidup ini. Saya melupakan diri saya sejenak saat menjadi Ibu baru. Little that I know, me forgetting taking care of my self, damage who I am. I forget to give my self love.

Lalu Saya bertemu dengan sahabat lama saya yang suka berpindah-pindah , Zia. Kebetulan Zia waktu itu akan menikah dengan Kimman Nichols seorang terapis Ayurveda. Saya berkeluh kesah dan meratapi nasib jadi Ibu dengan Zia dan Kim. Keduanya memperkenalkan saya dengan Ayurveda. Mengetahui konstitusi tubuh saya, Mengingatkan saya untuk mencintai diri sendiri, untuk melalukan self-love setiap hari. Tanpa Saya sadari dalam satu hari saya bisa tidak memikirkan diri saya sendiri. Bila sedang mandi ingin buru-buru usai, kadang pakai body lotion atau oil juga lupa. Padahal saya memiliki suami dan keluarga serta anak yang pengertian. Tapi stres membuat semuanya terlupakan.

I need to make peace. Not with my child, my mother or the community who sometimes thinks that mothers could do it all. Saya perlu berdamai dengan diri sendiri. Perlu yakin bahwa its ok to not have it all or be the word perfect. I’m doing just fine with or without success. I love myself wheter I’m a mother, not a mother, or not a journalist anymore. I need to balance different roles that I have to be more happy with who I am. Simply being me is totally fine, satu entitas yang spesial untuk beberapa orang tapi tidak spesial untuk beberapa orang. I just keep doing what I love, do a self care routine and with that I could give others my love.

Based on that experience, me and my bestfriend Zia Nichols would love to share love to help you balance different roles that you have and enhance your wellbeing.

 

Lets Join us, Saturday 15th Mei 2016 at Club Kembang. Lets come and build a community together.Join Us.

POSTER-A4-HI

Ashtra Effendy

Mahija's Ibu. Former journalist turn mother, turn blogger, turn doula.

Related
Tags:
No Comment
Leave a comment!
Your Name*
Your Email*
Your Website
Your Comment
@haloibuid