“….harapan kan datang membawakan terang, hidup ini sangat berarti, tak ingin ku berhenti bermimpi…..”.
I love being inspired with great things in life. Great friends, lovely conversation, meaningful books , traveling, and ofcourse film. Dulu saya dan almarhum Abang saya bisa mendiskusikan film secara khusyuk . Dari director, cast, Sampai alur cerita. Hence,I’m quite picky with what I watch.
Dulu pertama kali nonton film Indonesia di Bioskop itu petualangan Sherina, masa kecil saya terngiang-ngiang suara merdu Sherina. Lalu pada saat remaja Ada Apa Dengan Cinta (AADC) . Saya masih ingat waktu itu saya masih SMP. Kami segenk cewek-cewek mengantri nonton di Pondok Indah Mall, dulu hanya ada PIM 1 hehe. Saking banyak yang ingin menonton, banyak anak-anak muda membludak mengantri, aduh sampai tidak bisa berjalan , saking ramainya gencet-gencetan sampai-sampai ada kaca yang pecah. Antusiasme masyarakat menonton film Indonesia besar sekali. Lalu setelah itu bergairah kembali perfilman Indonesia . Muncul genre-genre baru, film Jelangkung adalah film horor yang saya beranikan tonton, yang sesudahnya saya terkagum-kagum dan berakhir dengan tidak berani tidur sendirian. Hehe. Saking bergairahnya film Indonesia, munculnya nenek keramas, perawan pocong dan judul-judul lainnya yang akhirnya membuat saya enggan menonton Film Indonesia. Ibarat pacar saya udah kepalang jatuh cinta dengan AADC lalu tetiba muncul suster ngesot, suster keramas, dan nenek gayung, saya merasa diselingkuhi, dikecewakan dengan kepercayaan yang saya berikan.
Walau begitu, karena saya seorang Ibu, saya masih mau memaafkan dan memberi kesempatan . Film Habibie Ainun membuat saya takjub kembali, Action the RAID , drama yang diangkat dari novel filosofi Kopi, Drama romantis Kapan kawin, Ayat-ayat Cinta, dan lainnya. Saya kembali bersemangat ke bioskop.
Pada Februari ini ada satu film yang juga saya nantikan. Film Yang diangkat dari pengalaman nyata seorang perempuan yang mengidap kanker. Saya paling malas sebenarnya menonton Film yang membahas kanker, karena abang saya meninggal karena kanker pada usia 25 tahun. Tapi saya takjub dengan intensitas gerakan Gelang Harapan, jadi saya penasaran Filmnya akan sekeren gerakannya enggak yah.
Hoiya, gelang harapan, atau gelang Hope adalah gerakan menjual gelang yang 100% penjualannya di donasikan kepada pejuang kenker. Saya pernah mendengar Wulan Guritno , Manda, Janna Sukasah Joesoef membicarakan ini secara langsung , and my tear drops, It reminds me of my brother.
Film ini menceritakan Mia ( Tatjana Saphira) yang divonis kanker pada usia awal 20 tahunan. Padahal Ia mempunyai mimpi besar menyutradarai pertunjukan teater.
Setelah menonton, saya cukup puas dengan crafting film ini, walaupun ada beberapa hal yang bisa di perbaiki, sepert gimmick percintaan David ( Fachri Albar) dan Mia yang menggelitik. Buat saya menonton film ” I am Hope” itu seperti menonton drama Korea. Akting Fachri Albar yang cute dan Tatjana yang nerdy bikin saya gemas. I did laugh few time.
For me, a good movie can Makes you cry. And “I am Hope” did it. Akting om Tyo Pasukodewo sebagai Ayah Mia membuat mata saya banjir. Gambar dan setting film ini juga chic sekali tone warnanya. Saya paling suka baju dari Maya (Alessandra Usman) boho-boho hippies dan juga Mia yang nerdy look.Musik juga jadi elemen penting penunjang film kece. Dan musik di film ini catchy , coffeshop kinda music. Of course theres few flaws, but it doesnt ruin the meaning Of the movie.
Bottom line , I believe “I am hope” Is an empowering movie for female. When time is not enemy, but a mutual partner that we could have understanding with.