Postpartum plan atau rencana pasca persalinan nampaknya masih terdengar asing. Apakah postpartum plan itu penting? Memangnya apa yang perlu direncanakan setelah melahirkan?
Ya, postpartum plan penting dan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan serta dipikirkan, paling tidak saat ibu telah masuk trimester kehamilan.
Wajar jika kamu belum pernah mendengar postpartum plan dan tidak mengetahuinya sama sekali. Sebab, di Indonesia sepertinya pembahasan mengenai masa postpartum memang masih belum menyeluruh.
Sebelum artikel ini dibuat, HaloIbu mencoba mencari informasi dengan kata kunci ‘postpartum plan’ dan ‘perencanaan pasca persalinan’ di Google. Hasilnya, tidak ada satu pun informasi yang fokus membahas topik tersebut.
Sejumlah media online hanya memberitakan bagaimana proses dan hal yang mesti dilakukan ibu setelah melahirkan agar fisiknya cepat pulih. Beberapa media juga membahas tentang birth plan atau rencana kelahiran, tapi tidak menjelaskan bahwa postpartum plan juga tak kalah pentingnya.
Apa Bedanya Birth Plan dan Postpartum Plan?
Birth plan adalah rencana yang lebih mengarah pada persiapan teknis yang dibutuhkan selama proses persalinan berlangsung. Saat merencanakan birth plan, ibu dan ayah memutuskan rumah sakit, rumah khusus bersalin, klinik, atau bidan yang akan dipilih untuk bersalin.
Ibu dan ayah juga memutuskan apakah ingin melahirkan secara vaginal atau caesar. Lalu, mempersiapkan alternatif lain jika nantinya kondisi persalinan tidak sesuai rencana.
Lalu, bagaimana dengan postpartum plan? Sesuai dengan namanya, postpartum plan adalah perencanaan untuk persiapan setelah persalinan.
Jika birth plan hanya dibutuhkan selama proses persalinan, maka postpartum plan akan menjadi petunjuk paling tidak selama dua sampai tiga bulan pasca persalinan.
Karena periodenya lebih lama, postpartum plan sangat penting dan akan menjadi petunjuk yang mengarahkan apa saja yang perlu dilakukan ibu.
Yang Perlu Disiapkan dalam Postpartum Plan
Postpartum plan sebaiknya direncanakan dari jauh-jauh hari sehingga ibu memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Minimal, ibu sudah mulai membuatnya di trimester ketiga kehamilan.
Jika ingin merencanakannya sejak bulan pertama kehamilan lebih baik karena ibu memiliki waktu persiapan yang lebih lama.
Masih ada beberapa hal lainnya yang perlu kamu persiapkan saat menyusun postpartum plan, yaitu:
1. Membicarakan Cuti Melahirkan dengan Ayah
Bukan cuma ibu pekerja saja yang mendapatkan jatah cuti melahirkan, loh. Ayah juga mempunyai hak cuti selama dua hari saat ibu melahirkan. Ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pada pasal 93 ayat 4 poin (e) disebutkan bahwa pengusaha tetap berkewajiban memberi upah pada pegawai yang tidak masuk kerja selama dua hari karena istri melahirkan. Dua hari memang bukan waktu yang lama. Maka, perlu didiskusikan berapa lama ayah perlu menambah cuti untuk mendampingi ibu selama masa postpartum.
Kemudian, ibu dan ayah juga perlu membuat catatan apa saja yang harus ayah lakukan. Misalnya, apakah ayah perlu belajar mengganti popok bayi agar ibu tak kewalahan? Apakah ayah perlu menggantikan tugas ibu membersihkan rumah, sementara ibu fokus mengurus bayi? Meski terkesan sepele, pembagian tugas seperti itu perlu dibicarakan sebelum waktu persalinan tiba.
2. Tentukan Siapa yang Akan Membantu Mengurus Bayi
Sebelum benar-benar berhadapan langsung dengan sang buah hati, coba pikirkan lagi apakah kamu sanggup mengurusnya hanya bersama ayah? Bagaimana jika ayah hanya memiliki sedikit waktu untuk mendampingimu?
Jika kamu yakin sanggup mengurus bayi tanpa bantuan orang lain, kamu bisa membuat jadwal dan pembagian tugas yang jelas dengan ayah. Namun, jika kamu membutuhkan bantuan, pikirkan dari sekarang siapa yang bisa menolongmu.
Apakah kamu membutuhkan seorang baby sitter, atau seseorang dari keluarga besar seperti ibumu sendiri, ibu mertua, atau kakak? Jangan lupa kabari mereka dari jauh-jauh hari dan bicarakan apa saja bantuan yang kamu butuhkan.
3. Buat Jadwal Kunjungan Bayi
Teman-teman hingga tetangga akan datang untuk menjengukmu dan melihat bayimu setelah persalinan selesai. Di saat yang bersamaan, kamu juga membutuhkan waktu istirahat agar kondisi fisik dan mentalmu pasca persalinan cepat pulih.
Supaya kamu tetap mendapatkan istirahat yang cukup, rencanakanlah jadwal kunjungan bayi. Kira-kira kamu lebih nyaman dikunjungi kapan, apakah pagi, siang atau sore? Saat ada yang mengabarkan akan datang ke rumahmu, beritahu mereka bahwa kamu hanya bisa dikunjungi di waktu tersebut.
4. Keperluan untuk Menyusui dan Alternatifnya
Ibu sebaiknya mulai mempertimbangkan dari sekarang beberapa hal penting dalam menyusui. Misalnya, apakah ibu ingin menyusui secara langsung (direct breastfeeding) atau menyusui dengan botol?
Ibu pekerja mungkin akan kesulitan menyusui secara langsung karena harus meninggalkan bayi dan pergi ke kantor. Jika ingin menyusui dengan botol, apakah tempat kerja ibu memungkinkan untuk pumping saat jam kerja? Adakah ruangan yang sekiranya nyaman untuk pumping?
Selain memikirkan beberapa pertanyaan tersebut, ibu yang memutuskan menyusui dengan botol juga sebaiknya mencari rekomendasi produk terbaik seperti pompa ASI, wadah ASI, hingga chiller.
5. Berkarier, Bisnis, atau Full Time Mom?
Bagi sebagian ibu pekerja, kembali berkarier setelah melahirkan bukanlah persoalan besar. Namun, tidak sedikit ibu yang merasa dilema apakah ingin meneruskan profesinya, memulai bisnis supaya bisa mendapatkan penghasilan dengan waktu yang fleksibel, atau justru menjadi full time mom?
Setiap pilihan pasti ada sisi baik dan buruknya, maka ibu dan ayah bisa memutuskan dengan mempertimbangkan kondisi keluarga, mulai keuangan, kesehatan ibu, hingga memastikan anak tetap mendapatkan kasih sayang yang cukup.
6. Dukungan Kesehatan Mental
Pasca melahirkan, bukan hanya kondisi fisik saja yang membutuhkan recovery, tetapi kondisi mental ibu juga perlu diperhatikan. Selama hamil hingga melahirkan ibu mengalami banyak perubahan hormon sehingga kondisi mentalnya cenderung tidak stabil.
Lelahnya mengurus bayi juga sangat berpotensi membuat ibu mengalami stres. Oleh karena itu, ibu dan ayah bisa mulai memikirkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Ajak ayah menjadwalkan hangout atau refreshing untuk menjaga kesehatan mental kamu usai melahirkan. Selain itu, penting juga mencari referensi terapis atau Postpartum Doula sebagai alternatif jika suatu saat kamu mengalami gangguan kecemasan yang cukup berat.
Sumber: