Bagi masyarakat Indonesia, terutama orang Jawa, mempertimbangkan bibit bebet bobot dalam mencari pasangan adalah hal yang wajib kudu ada. Banyak orang tua, yang hingga sekarang masih menekankan ketiga hal ini untuk anak-anak mereka.
Namun, sebetulnya apa itu bibit bebet bobot? Apakah benar, hal-hal tersebut masih berpengaruh dalam pencarian pasangan hidup di zaman yang sudah modern ini? Coba, kita telaah satu-satu agar kita bisa menentukan sendiri apakah masih cocok atau nggak ya sekarang.
Mengenal Bibit, Bebet, dan Bobot
Beberapa minggu lalu, jagad Twitter sempat diramaikan perdebatan soal bagaimana pengaruhnya bibit, bebet, bobot dalam pencarian pasangan hidup. Menurut utas Twitter tersebut, melihat ketiga hal itu penting jika hubungan sudah mengarah ke jenjang yang lebih serius, tapi jika masih ingin “bermain-main”, masih belum perlu melihatnya.
Bibit sendiri berarti asal-usul atau bisa dibilang garis keturunan. Sebelum menikah, sudah seharusnya kita mengetahui latar belakang keluarga pasangan kita, seperti bagaimana cara dia dibesarkan, karakter keluarga seperti apa, dll. Hal ini karena ketika kita menikah, kita tidak hanya menikah dengan pasangan kita saja, tapi juga dengan keluarganya.
Bebet berhubungan dengan soal ekonomi. Di zaman dulu, tingkat ekonomi keluarga akan berpengaruh pada kedudukan keluarga tersebut dalam lingkungan sosial. Faktor ini juga dianggap juga berpengaruh pada karakter, perilaku, dan bagaimana caranya berpakaian. Dulu, cara berpakaian dapat menunjukkan status sosialnya dan dianggap dapat menggambarkan apa kepribadian orang tersebut.
Berbeda dari dua faktor sebelumnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan keluarga, faktor terakhir ini hanya dapat ditunjukkan dalam diri pasangan kita. Kita perlu melihat bagaimana sifat, sikap, karakter, kepribadian, hingga latar belakang pendidikan dari pasangan kita. Hal ini menunjukkan kualitas diri secara lahir dan batin, sehingga termasuk keimanannya. Termasuk, soal kesenangan bersama antara diri kita dan pasangan.
3B dan Zaman Sekarang
Lalu, apakah ketiga faktor tersebut masih relevan digunakan untuk masa sekarang? Jawabannya, bisa iya dan bisa tidak. Bagi sebagian orang, ketiga hal di atas dianggap terlalu mengkotak-kotakan manusia dan dianggap tidak perlu, karena yang terpenting adalah bagaimana perasaan dan kecocokan antara kita dengan pasangan.
Namun, sebetulnya secara sadar ataupun tidak, kita masih menggunakan salah satu dari ketiga faktor di atas lho ketika mencari pasangan. Minimal, kita akan melihat bobot pasangan kita, karena kecocokan atau kesukaan terhadap sesuatu minimal akan mendekatkan kita dengan diri mereka.
Walau untuk kedua hal lainnya, saat ini tidak terlalu diperhatikan, nyatanya bukan berarti kita benar-benar melupakannya, apalagi soal latar belakang keluarga yang membesarkan pasangan kita.
Meski begitu di saat ini, bibit dan bebet tidak dijadikan sebagai faktor penentu kita cocok dengan seseorang atau tidak. Ini hanya dijadikan acuan awal dan seringnya tidak menjadi penentu. Termasuk dari keluarga, biasanya juga sudah membebaskan anak-anaknya untuk mencari pasangan yang cocok dan baik.
Persoalan bibit, bebet, dan bobot ini juga baiknya tidak dijadikan alasan kita untuk merasa rendah diri ketika berkenalan dengan seseorang. Yang terpenting adalah, bagaimana kita mau belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik bersama-sama dengan pasangan kita.
Referensi: