CONTACT US
Lets share some love updates
Mom Inner Journey
Mom Inner Journey

Memanjakan, Masa Sih?

Share:

Bisa jadi kita perlu memahami bahwa memang cara yang digunakan orang tua/ mertua berbeda

“Aku gamau sama Mama, aku mau sama Eyang aja”

“Kenapa kalau sama Oma, aku boleh makan eskrim sama permen, sama Papi Mami ga boleh?”

“Ma, besok si Kakak jangan dikasih kalau minta mainan lagi ya? Tiap hari dia jajan terus”

Katanya nenek dan kakek tentu akan memanjakan cucunya, apa yang diminta selalu diberikan. Oleh karena itu, seringkali ketika orang tua (baca: kita) sedikit tegas dengan anak, tidak jarang mereka minta perlindungan kepada Oma dan Omanya. Benar ga sih bu? Kenapa rasanya ketika kita masih kecil, orang tua kita masih kecil, mereka tegas sekali, tapi sekarang dengan cucu, mereka sangat memanjakannya. Tidak jarang pula menentang ketika kita sebagai orang tua anak untuk mengajarkan disiplin sama anak. Apakah karena sudah berpengalaman mendidik anak dan kita belum?

Pada jaman dahulu, pembelajaran terkait dengan pola asuh atau parenting class mungkin belum semarak dan seramai saat ini ya, dan adalah hal yang wajar ketika dalam satu keluarga terdapat lebih dari 3 orang anak. Sebanyak apapun teori yang ada, pembelajaran terbaik menjadi orang tua adalah pengalaman langsung dan menemukan pola asuh yang tepat sesuai dengan keluarga masing-masing. Ketika kita masih kecil, mungkin banyak hal yang tidak dapat kita pahami dari berbagai tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh orang tua. Ya, tidak semua orang tua dapat menjelaskan penyebab dan akibat, boleh atau tidaknya kita melakukan sesuatu. Satu hal yang dipahami adalah anak harus menuruti apa kata orang tuanya, terutama di negara-negara Asia, anak yang tidak mengikuti apa kata orang tuanya sering dicap sebagai anak yang durhaka. Hmm.. Masih relevan ga ya sampai dengan sekarang?

Berubahnya era, menyebabkan perubahan gaya komunikasi yang signifikan dalam berbagai relasi. Lho apa hubungannya dengan pola asuh? Kemudahan akses melalui perkembangan teknologi kadang memang perlu diimbangi dengan filter terhadap informasi yang masuk. Ada kalanya kita harus sadar diri terkait dengan pola asuh seperti apa yang ingin diterapkan pada anak. Apakah mengikuti cara orang tua / mertua jaman dulu masih relevan, atau justru berkaca dari para ahli perkembangan, oh atau ikut dengan pola asuh yang diterapak influencer A atau selebgram B? Semakin banyak teori parenting yang dipelajari, semakin ingin diterapkan semua agar lebih ideal bagi anak dan tentu tujuannya untuk kebaikan anak. Apa benar demikian bu?


Yuk Tarik nafas sejenak. Coba kita refleksikan kembali, hal positif apa sih yang kita dapatkan dari orang tua dan mertua yang ingin kita terapkan dalam membesarkan anak dan hal apa yang menjadi “warning” bagi kita belajar dari yang kita rasa kurang sesuai untuk anak kita. Lalu dengan beragamnya informasi yang masuk, bisa kita pilah pilih, filter mana yang sesuai dengan kondisi keluarga. Tidak perlu semua teori kita terapkan, tapi bisa ditilik kembali kekurangan dan kelebihan ketika kita menerapkan sesuatu dalam keluarga. 

Lalu, bagaimana ya, seandainya langkah yang dipilih berbeda dengan orang tua dan mertua? Bisa jadi nanti tidak konsisten untuk anak atau bahkan bertolak belakang? Coba dikomunikasikan kepada orang tua, apa yang menjadi pertimbangan ketika kita memutuskan sesuatu. Padahal mereka juga keras dulu, tapi sekarang manjain anak kita banget, gimana sih, apa disindir/ditegur aja ya? Eits, mengingatkan kesalahan pola asuh kepada orang tua, tidak akan berjalan dengan baik, bisa jadi mereka tersinggung, atau justru mereka akan berbalik menyatakan betapa mereka dulu kesulitan mendidik kita. Apa sebaiknya didiamkan saja, telan semua. 


Mungkin tidak mudah rasanya untuk mencoba memahami bahwa bisa jadi Tindakan yang saat ini mereka lakukan kepada cucunya merupakan wujud dari penyesalan ketika dulu mengasuh kita, mereka tidak memiliki kesadaran atau kedewasaan secara emosional seperti sekarang. Atau yang dilakukan saat ini merupakan kebijaksanaan yang diperoleh berdasarkan pengalaman menahun selama membesarkan kita hingga memasuki usia dewasa. Ada pula justru yang lebih kolot dan sulit sekali untuk diajak berdiskusi. Namun demikian, kita akan selalu bisa memilih respon apa yang kita ingin sampaikan kepada orang tua, serta pola asuh yang ingin diterapkan pada anak. Dengan memahami tantangan untuk mendidik anak, seiring berjalannya waktu, mungkin kita akan bisa lebih berempati terhadap kondisi dan berbagai hal yang dirasakan orang tua ketika mendidik. Juga belajar menghargai akan keberadaan dan kerja keras yang dilakukan oleh orang tua.

Jadi, apakah masih menilai nenek-kakek memanjakan? Bisa jadi, tapi mungkin ada sisi baiknya juga. Mungkin cara pengasuhan dan sudut pandang antara kita dan orang tua tidak ada yang salah, hanya pendekatannya berbeda. 


Tetap semangat ibu. 

Aline Widiyanti

a writer, freelancer, mother of one daughter

Related
Tags:
No Comment
Leave a comment!
Your Name*
Your Email*
Your Website
Your Comment
@haloibuid