CONTACT US
Lets share some love updates
Mom Inner Journey
Mom Inner Journey

Kartini, Sebuah Warisan Bagi Perempuan

Share:

Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu. – RA Kartini

Ibu Kita Kartini, Putri Sejati,

Putri Indonesia, Harum Namanya

Ibu Kita Kartini, Pendekar bangsa

Pendekar Kaumnya, untuk merdeka

-Ibu Kita Kartini, WR Supratman-

Halo Ibu,

Adakah memori di masa kecil ibu yang terlintas ketika memperingati tanggal 21 April di seluruh Indonesia? Mungkin waktu kita sekolah, ada yang diminta memakai baju daerah ya di tanggal ini karena memperingati Hari Kartini. Yang kita ketahui bahwa RA. Kartini mendapatkan gelar pahlawan sebagai pejuang emansipasi wanita dan dikenal melalui bukunya berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Yuk, kita simak beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sosok Ibu Kartini.

Mengubah tantangan menjadi kesempatan

RA. Kartini hidup sebagai anak priyayi atau kaum bangsawan yang termasuk dalam keluarga ningrat.

Kartini lahir di keluarga yang terpandang dan dikenal cerdas, ayahnya sebagai bupati Jepara dan ibunya seorang guru agama. Adapun kakeknya adalah sosok cerdas yang diangkat menjadi bupati di usia 25 tahun, kakak Kartini juga merupakan ahli bidang bahasa. Meski keluarganya cukup terbuka terhadap pendidikan dan Kartini sempat bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), namun sebagai perempuan, Kartini tetap harus mengikuti aturan adat dan budaya sebagai perempuan. Di usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah (dipingit) dan menunggu masa untuk dinikahkan.

Pingitan yang ditetapkan tidak menghalangi Kartini untuk terus belajar dengan membaca, menulis, dan berkirim surat dengan teman-temannya di Eropa. Iapun memperoleh buku dan koran Eropa yang mengubah mindsetnya. Beberapa kali ia juga mengirimkan tulisan-tulisannya yang kemudian diterbitkan di majalah yang berbahasa Belanda. Kartini bercita-cita untuk memajukan perempuan pribumi, keinginannya kuat untuk melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar. Gagasan inilah yang kemudian berkembang menjadi emansipasi / persamaan hak.

Mencintai diri dan keluarga

Sebagai perempuan, Kartini sangat mengasihi keluarganya, namun di sisi lain cinta kepada orang tua (khususnya ayah) menjadi tantangan bagi seorang Kartini dalam mewujudkan cita-citanya. Meski dapat mengakses pendidikan (dibanding perempuan pribumi pada masanya), namun Ayah Kartini menentang cita-citanya untuk melanjutkan studi di Belanda maupun keinginannya masuk sekolah kedokteran di Betawi. Walau demikian, ayahnya tetap menunjukkan kasihnya kepada Kartini untuk menjadi guru di Betawi, meski pada akhirnya tidak sempat terwujud karena Kartini menikah.

Sebagai perempuan dengan keinginan kuat, seorang Kartini memilih untuk meninggalkan egonya dan mengutamakan transedensi. Ia menikah dengan bupati Rembang pada usia 24 tahun. Namun demikian, pernikahan tersebut tidak menghalangi Kartini untuk tetap mewujudkan citanya supaya wanita pribumi dapat mengakses pendidikan.

Support system membantu mewujudkan cita-cita

Kartini melakukan perubahan besar dengan keinginannya yang kuat dan konsisten untuk belajar dan berbagi ilmu. Melalui surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya, ia bercerita tentang kondisi perempuan dan menyampaikan harapannya untuk bantuan dari pihak luar agar perempuan di Indonesia memiliki kesempatan untuk maju melalui pendidikan.


Selain itu, Kartini juga mendapatkan dukungan dari suaminya untuk mendirikan sekolah wanita. Melalui pernikahan ini pula, Kartini merasakan sudut pandang dalam pemikirannya kian berkembang. Ia mengalami transformasi dari seorang perempuan sebagai seorang istri karena banyak hal yang baru dipahami setelah berumah tangga, ia menghayati kehidupan, pekerjaan, dan usaha yang tidak pernah diketahui dan diduga sebelumnya.

“Di rumah orang tua saya dulu, saya sudah tahu banyak. Tetapi di sini, di mana suami saya bersama saya memikirkan segala sesuatu, di mana saya turut menghayati seluruh kehidupannya, turut menghayati pekerjaannya, usahanya, maka saya jauh lebih banyak lagi menjadi tahu tentang hal-hal yang mula-mula tidak saya ketahui. Bahkan tidak saya duga, bahwa hal itu ada”, tulis Kartini kepada Nyonya Abendanon yang menjadi sahabat penanya (Surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri, 10 Agustus 1904).1

Warisan Kartini

Kartini meninggal pada usia 25 tahun, tepat setelah 4 hari melahirkan anak pertamanya pada tahun 1905. Namun ternyata perjuangan Kartini, tidak terhenti sampai di situ. Ia meninggalkan warisan yang dapat dikenal dan dikenang tidak hanya untuk keluarganya, namun perempuan Indonesia hingga saat ini,  

Pada tahun 1912, sekolah wanita didirikan oleh Yayasan Kartini yang dikelola oleh keluarga Van Deventer. Pada awalnya di Semarang, kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya, selanjutnya dikenal sebagai Sekolah Kartini.2

Tulisan-tulisan RA. Kartini diterbitkan oleh temannya di Belanda, yaitu Abendanon berupa surat yang dikirimkan kepada teman-temannya di Eropa dengan judul, “Door Duesternis tot Licht” yang bila diartikan, “Dari Kegelapan menuju Cahaya”. Buku ini diterbitkan dalam Bahasa Belanda di tahun 1911, dan pada tahun 1922 dapat diterbitkan oleh Balai Pustaka, diterjemahkan dalam dalam Bahasa Melayu dengan judul, “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran”. Baru pada tahun 1938, sastrawan Armijn Pane menerbitkan versi terjemahannya dalam judul, “Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Perjuangan Kartini selanjutnya diabadikan oleh WR Soepratman melalui lagu yang diciptakan berjudul, “Ibu Kita Kartini.” hingga pada 2 Mei 1964 Presiden Soekarno menetapkan hari kelahiran Kartini pada tanggal 21 sebagai peringatan “Hari Kartini”.


Selain di Indonesia, nama Kartini juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Belanda, yaitu di Utrecht, Venio, Amsterdam, dan Haarlem.

Selamat Hari Kartini, Ibu.

Source:

https://tirto.id/sejarah-hari-kartini-21-april-dan-catatan-pemikirannya-ePG3

https://www.biografiku.com/biografi-ra-kartini/

https://regional.kompas.com/read/2020/04/21/07300051/biografi-dan-sejarah-ditetapkan-hari-kartini-yang-jatuh-setiap-21-april?page=all

https://www.kompasiana.com/ditaa/5bfd06f3c112fe3e082936f2/sejarah-pahlawan-raden-ajeng-kartini?page=all

https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/19/sejarah-ditetapkan-hari-kartini-21-april-beserta-biografi-ra-kartini?page=4

https://www.tribunnews.com/tag/hari-kartini

https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-hari-kartini-yang-menginspirasi-perempuan-indonesia-1svb2n3TGta

https://lpmpriau.kemdikbud.go.id/r-a-kartini-tokoh-emansipasi-wanita/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Aline Widiyanti

a writer, freelancer, mother of one daughter

Related
Menengok Lagi Keseruan Festival Ibu: Ibu Menemukan Kembali Jati Dirinya, Ayah dan Anak Ikut Bersenang-senang
PURE CARE, PURE LOVE WITH PURE BABY MEDITATION
LOVE ME FOR ME MEDITATION WITH MAMA’S CHOICE
Tags: #empoweringwomen, #haloibu, #harikartini
No Comment
Leave a comment!
Your Name*
Your Email*
Your Website
Your Comment
@haloibuid