Apa sih rasanya jadi ibu?
Jujur, jadi ibu itu capek. Capek banget! Dari hamil, terus melahirkan, terus menyusui dan lain sebagainya itu menguras tenaga. Apalagi ketika dirasa suami gak bisa bantu, bahkan untuk sekedar pegangin anak sebentar. kok kayaknya, tanggung jawab membesarkan anak itu semua ada di ibu ya? Bapaknya kemana? Kan bikin anaknya berdua. Kok yang capek aku? Kebetulan aku juga punya pekerjaan full time.
Ketika aku scrolling Instagram, ketemu sama Instagram Halo Ibu. Aku langsung follow karena kontennya tuh pas banget sama aku. Beberapa postingan mereka itu bertemakan curhatan para ibu, dan curhatan mereka bikin aku gak ngerasa sendiri. Dari Instagram Story mereka, aku tahu ada acara Lingkaran Ibu ini.
Setelah daftar ulang dan dibagikan label nama, acara dimulai. Masuk ke ruangan pun, sudah dibikin mandala dengan 8 alas duduk. Peserta yang datang hari itu ada 6 orang.
Acara dipandu oleh Ashtra Dymah, Founder dari Halo Ibu dan juga seorang doula profesional. Mbak Ashtra menjelaskan awal mula kenapa Lingkaran Ibu ini ada, membagikan sedikit pengalaman dia ketika menjadi seorang ibu, dari sejak kehamilan hingga sekarang sudah mempunyai 2 orang anak.
Lalu satu persatu peserta memperkenalkan diri. Baru perkenalan aja, aku sudah ambyar! Mungkin karena penjelasan dan cerita dari Mbak Ashtra di awal, aku dan juga peserta lain mulai ngerasa nyaman dan gak sabar untuk pelampiasan uneg-uneg selama ini. Dari Mbak Ashtra sendiri mengingatkan, what happen in the circle, stays in the circle. Lalu dimulailah sesi curhat dan Mbak Ashtra meminta peserta untuk mengenakan mahkota bunga yang disediakan. Mbak Ashtra juga meminta setiap peserta, jika yang bercerita menangis, yang lain memberi support dengan cara menepuk punggung atau menggenggam tangan.
Yes, tidak ada yang tidak menangis ketika bercerita. Aku yang baru mulai kalimat pertama aja udah nangis. Setiap cerita didengarkan tanpa ada interupsi, kecuali Mbak Ashtra yang memang bertanya untuk menggali lagi. Pokoknya peserta diminta untuk cerita sampai perasaan lega deh. Selesai bercerita, semua peserta berpegangan tangan. Yang bercerita mengucapkan “Thank you for listening” dan yang mendengarkan membalas “Thank you for sharing”. Terus begitu sampai semua peserta selesai bercerita.
Setelah bercerita, Mbak Ashtra meminta pesera memberikan supportive words satu sama lain. Aku lupa istilah Mbak Ashtra apa. Intinya, peserta bergantian mendukung dan menyemangati dengan memeluk dan memberikan kata-kata positif. Lalu diakhiri dengan meditasi. Sebelum pulang, peserta pun saling berpelukan, menguatkan kembali.
Kami pun mendiskusikan poin-poin yang sempat disinggung Mbak Ashtra:
- Ibu membutuhkan waktu 4 tahun untuk pulih secara fisik dan mental sebelum dia siap untuk hamil dan melahirkan lagi. Pemulihan dari segi nutrisi sangat penting untuk pemulihan fisik. Pemulihan dari segi dukungan moril dan memastikan ibu bahagia adalah sebagian cara untuk pemulihan mental. Kami jadi paham, ketika tubuh ibu belum pulih benar dari kehamilan dan kelahiran sebelumnya, sudah harus menjalani proses yang sama dalam waktu yang berdekatan, terlihat sangat lelah bahkan mungkin lebih emosional.
- “Otak” wanita ada di 2 tempat, yaitu kepala dan rahim. Jadi jika kita merasa sakit sangat haid, ada kemungkinan kita stres. Otak bisa mengirimkan sinyal kepada rahim jika dirasa stres. Jika tidak diobati, bisa meningkat menjadi penyakit.
- Seorang ibu bisa mewariskan trauma kepada anak perempuannya. Pernyataan ini keluar dari Mbak Ashtra ketika aku bercerita. Secara tidak langsung, almarhum Mama mewariskan ketakutannya kepadaku, salah satunya adalah hamil dan melahirkan. Beliau pernah bilang kalau dia ingin punya bayi, tapi dia kapok untuk hamil dan melahirkan. Aku pun jadi takut hamil dan melahirkan lagi karena waktu itu aku gak siap operasi caesar. Aku gak mau ngerasain sakitnya luka caesar setelah pain killer habis. Aku gak mau ngerasain nifas selama 40 hari. Untuk hilangin rasa trauma itu, perjalanannya cukup panjang dan mungkin harus terapi ya.
- Perasaan ibu baru melahirkan itu valid. Mau sedih, mau nangis, mau marah-marah, semua itu valid. Acknowledge that feeling. Tolong jangan dianggap ibu baru melahirkan itu baperan, karena kami sendiri gak tahu gimana mengontrolnya. Ketidakseimbangan hormon memang sangat berperan di sini.
- Berkaitan dengan poin di atas, sadar gak sih kalau orang tua kita (ibu kandung dan ibu mertua) selalu memberikan saran terkait pola asuh anak? Yang selalu mereka bagikan adalah cara mereka mendidik anak. Pernah gak dengan sukarela mereka berbagi perasaan mereka menjadi ibu baru? Aku baru sadar, obrolan dengan ibu mertuaku pun lebih bagaimana dia dulu mengasuh suamiku. Tidak pernah ada obrolan kami yang membahas perasaan dia dulu setelah melahirkan. Bisa jadi mereka mengalami tekanan yang sama dengan kita, mungkin lebih. Apalagi jaman mereka belum ada support group macam Halo Ibu ini. Mereka mungkin terbiasa memendam semuanya sendiri.
Selama ini, selalu kujumpai kalimat “You’re not alone in this journey” pada postingan dari akun-akun parenting. Mengikuti Lingkaran Ibu ini sungguh membuka mata betapa kalimat itu sungguh benar adanya. Memang harus ketemu langsung dengan para ibu yang senasib dan saling mendukung secara langsung.
Paling utama, Lingkaran Ibu mengingatkan kita untuk menyayangi diri sendiri. Self love. Berterima kasih pada diri sendiri itu penting. Lakukan sebelum tidur atau saat bangun tidur. Happy mother, happy family, right? Kucoba mempraktekkannya, walau kadang suka lupa juga hehehe. Aku merasa lebih tenang dan lebih menghargai diri sendiri.