Dear Ibu,
Dilema ibu rumah tangga yang tetap ingin kembali bekerja–
Pendidikan anak! Iya, itulah topik yang selalu membuat saya bersemangat dan menggebu-gebu! Hal ini dimulai saat duduk di bangku SMA, saya mengambil jurusan psikologi dan human development dan menjadi volunteer di beberapa child care dan sekolah-sekolah. YES! Keputusan yang saya ambil tidak salah, senang sekali rasanya bekerja dengan anak-anak. Lalu saya memperdalam ilmu dengan mengambil Bachelor of Early Childhood and Primary Education di RMIT University, Melbourne. Setelah beberapa tahun bekerja, saya memutuskan untuk mengambil spesialisasi Master of Special Needs, Inclusion and Early Intervention di University of Melbourne.
Selama kurang lebih 15 tahun bekerja, tidak pernah terserat di dalam benak saya menyesal menjadi guru. Meskipun banyak orang sering memberi respon, “Kenapa sih mau jadi guru?” “Apa sih enaknya jadi guru?” Saya sangat bersyukur sekali orang tua saya tidak pernah sekalipun bertanya hal itu pada saya, dari sejak awal, mereka sepenuhnya mendukung keputusan saya. Menjadi guru memang tidak menghasilkan banyak uang seperti jika menjadi businessman, tetapi untuk saya uang bukanlah segalanya. Ada hasil yang lebih memuaskan daripada uang yaitu pada saat saya melihat si anak sudah bisa mengerjakan sesuatu dengan mandiri dan mencermati tumbuh kembang mereka.
Hubungan antara sekolah dan keluarga dirumah sangat penting, kita bekerjasama untuk bisa mempersiapkan anak untuk masa depan cermerlang. Karena passionate dalam bidang ini, semua pekerjaan saya lakukan dengan semangat bahkan sering kali emotionally involved. Capek? Sudah pasti! Karena banyak sekali waktu yang tersita diluar jam kerja untuk membuat planning untuk anak tertentu dan bekerjasama dengan keluarganya secara langsung. Sedih seringkali saya alami, apalagi saat berhadapan dengan keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Saya merasa terharu dan kagum pada mereka, hidupnya begitu berat untuk menyesuaikan dengan anak yg mempunyai kebutuhan khusus. Maka dari itu, senang sekali setiap bisa melihat bahwa anak tersebut bisa mengerjakan sesuatu yang baru.
Jadi ketika memutuskan untuk mempunyai anak, saya memilih untuk berhenti. Apakah suatu keputusan yang mudah? Jawabannya, TIDAK! Saat mau mempunyai anak, banyak sekali yang dipikirkan, berbulan-bulan, pikiran saya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, “Siapa yang mau membesarkan anak? Apakah anakku nanti mau dititipkan di child care? Kapan aku bisa kembali kerja lagi ya?” “Jika aku berhenti, apakah nanti masih ada yang mau menerimaku bekerja?” “Kalau dirumah, nanti enggak punya duit sendiri karena suami yang berkerja.”
Akhirnya keputusan jatuh pada tinggal dirumah, dan fokus untuk membesarkan anak sendiri. Selama 10 tahun, saya membantu anak orang, dan saat itu saya merasa, sudah saatnya saya untuk konsentrasi dan memberikan yang terbaik untuk anak saya sendiri. Masa-masa golden age (1-5 tahun), tidak akan bisa terulang lagi. Apakah keputusan saya itu benar? Apakah saya tidak akan menyesal tidak meneruskan karir saya? Apakah saya tidak pernah kepingin untuk kembali bekerja? Tentu saja kadang kala, perasaan untuk ingin kembali bekerja ada. Dilema apakah keputusan saya benar / salah. Tapi hal terbaik yang bisa lakukan saat ini hanyalah konsentrasi dengan keputusan yang sudah saya ambil. Let other people think different ways. Tidak jarang orang berkomentar kepada saya, “So, what do you do all day?” berhubung budaya diluar negeri, orang tua kembali bekerja. Tapi setiap orang punya prioritas, tujuan hidup masing-masing. Kenapa harus perduli kata orang lain? Yang menjalankan hidup kan kita sendiri, kita juga tidak menganggap orang yang memilih untuk menjadi orang tua yang sambil bekerja itu tidak memberikan pengasuhan terbaik untuk anaknya bukan? Apa yang sesuai untuk setiap orang berbeda.
Untuk mengobati rasa kangen saya dengan dunia anak-anak dan berinteraksi dengan keluarga diluar sana, pada awalnya saya suka share apa yang saya lakukan dengan Alex di media sosial Facebook, lalu mengikuti saran dari sepupu saya, saya memberanikan diri untuk share aktifitas tersebut melalui instragram juga. Betapa menyenangkannya bisa bertemu dan bertukar pikiran dengan orang-orang yang perduli dengan pendidikan anak usia dini diluar sana. Ilmu saya jadi selalu dipakai juga melalui sharing-sharing lewat email / comments. Saya senang sekali bisa membantu lebih banyak orang diluar sana. Tidak sepenuhnya bekerja dan memang tidak menghasilkan duit saat ini, tapi rasa puas telah bisa membantu orang yg membutuhkan.
Impian untuk mengejar karir memang harus tertunda dulu saat ini, tapi bukan berarti saya tidak berkarya dan saling belajar sekaligus membantu orang-orang yang membutuhkan. Seperti quote berikut ini, “When you teach what you love, and share what you know, you open eyes, minds, hearts and souls to unexplored world.”- unknown. Ikuti kata hatimu, dan fokus on your own decision is the best thing you can do!